
Jakarta –
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kulon Progo gelar tradisi adat Nyadran Agung jelang bulan suci Ramadan 2025. Tapi, tanpa pawai budaya.
Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, acara kali ini dikemas lebih sederhana untuk menghemat anggaran yang telah dipangkas dari pemerintah pusat yang merupakan kebijakan efisiensi.
Pada tahun ini, Nyadran Agung dipusatkan di kompleks Rumah Dinas Bupati Kulon Progo yang berada di sebelah utara Alun-alun Wates. Prosesi yang digelar meliputi doa bersama dan sambutan dari pejabat Bupati Kulon Progo.
Berbeda dari tahun lalu, acara kali ini tanpa melibatkan masyarakat umum. Sebelumnya masyarakat dapat berpartisipasi dalam pawai budaya hingga rayahan gunungan yang menjadi ciri khas Nyadran Agung Kulon Progo. Adapun dua agenda tersebut telah ditiadakan.
Kepala Dinas Kebudayaan Kulon Progo, Eka Pranyata, mengatakan pengemasan Nyadran Agung secara sederhana merupakan efek dari adanya refocusing anggaran oleh pemerintah pusat.
“Arahan juga pada pimpinan karena sekarang ini banyak anggaran-anggaran yang diperuntukkan dulu diarahkan ke masyarakat itu terus direfocusing, nah kita tidak mengadakan kegiatan seperti biasanya. Yang penting doa saja,” ucapnya dikutip dari detikJogja, Jumat (21/2/2025).
“Jadi kegiatan yang sifatnya pawai budaya kesenian ini oleh pimpinan ditiadakan, itu sampai besok kalau emang keadaan sudah memungkinkan tahun depan, tapi di tahun ini sesuai arahan kita tidak mengadakan nyadran Agung seperti biasanya, yang penting doa, untuk nyadran, artinya kirim doa kepada arwah para pimpinan Kulon Progo dan orang yang pernah mengabdi di Kulon Progo,” imbuhnya.
Prosesi Nyadran Agung di Alun-alun Wates, Kulon Progo. (Jalu Rahman Dewantara/detikJogja)
|
Di samping itu, Eka menyebut hal tersebut sebagai upaya menjaga perasaan masyarakat Kulon Progo terkait efek refocusing anggaran yang menyebabkan banyak proyek perbaikan infrastruktur tertunda.
“Ini bentuk empati kepada masyarakat masa perbaikan ditunda, masa kita mengadakan kegiatan yang sifatnya berlebihan,” ucapnya
Eka mengatakan kegiatan Nyadran Agung kali ini hanya diikuti terbatas dari perwakilan kalurahan, kapanewon, organisasi perangkat daerah (OPD) dan unsur Forkompinda Kulon Progo. Total peserta diperkirakan hanya 150 orang.
“Perkiraan kami ada 150 orang, hanya pimpinan OPD, Panewu, lurah dan Forkompinda,” ujarnya.
Eka menyebut refocusing anggaran juga menyebabkan kegiatan kebudayaan di Kulon Progo mesti disesuaikan. Jika sebelumnya bisa melibatkan banyak orang, kini harus dibatasi.
“Kalau secara kegiatan tidak ada yang dipangkas, yang dipangkas itu anggarannya, misalnya dulu 100 sekarang jadi 50. Kalau kegiatan tetap ada. Lebih sederhana. kemudian misalnya jumlah seniman dikurangi. Paling tidak kegiatan masih ada,” ujarnya.
Adapun untuk kegiatan fisik seperti bantuan hibah gamelan dan kostum kesenian untuk sementara waktu belum bisa dilakukan.
“Yang ditunda kegiatan fisik, seperti bantuan hibah gamelan, kostum kesenian dan sebagainya,” ucapnya.
Terkait anggaran yang diterima Dinas Kebudayaan Kulon Progo tahun ini, Eka belum bisa menyebut nominal pasti. Namun dia meyakini akan jauh di bawah tahun-tahun sebelumnya.
“Kami pastinya nanti setelah ditanda tangani, kalau kemarin itu dulu bisa Rp 24 miliar, mungkin akan di bawah Rp 10 miliar,” ujarnya.
—–
Artikel ini telah tayang di detikJogja.
(upd/upd)