![](https://i1.wp.com/awsimages.detik.net.id/api/wm/2025/02/11/island-conservation_169.png?wid=54&w=650&v=1&t=jpeg&w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Jakarta –
Populasi tokek yang sehat terdokumentasikan di salah satu Kepulauan Galapagos, tempat reptil tersebut dianggap punah secara lokal.
Temuan ini dilaporkan Island Conservation di 2022 silam. Para peneliti mengamati tokek di Pulau Rábida selama perjalanan penelitian delapan hari. Kadal karnivora kecil yang termasuk dalam genus tokek (kelompok spesies) Phyllodactylus itu sebelumnya hanya diketahui di Rábida dari catatan subfosil yang berasal dari sekitar 5.700 tahun yang lalu.
Istilah ‘subfosil’ digunakan untuk merujuk pada sisa-sisa hewan yang belum cukup tua untuk dianggap sebagai fosil sejati tetapi sebagian masih terfosilkan.
“Para peneliti tengah melakukan analisis genetik untuk menentukan apakah tokek ini merupakan spesies baru,” kata Sally Esposito, juru bicara Island Conservation, dikutip dari Newsweek.
Uniknya Kepulauan Galapagos
Kepulauan ini sudah menjadi rumah bagi sedikitnya sembilan spesies tokek endemik. Kepulauan Galapagos adalah kepulauan vulkanik terpencil di Samudra Pasifik, terletak lebih dari 900 km di sebelah barat benua Amerika Selatan, yang merupakan bagian dari Republik Ekuador.
Kepulauan ini merupakan kawasan lindung yang terkenal dengan berbagai spesies flora dan fauna unik yang tidak ditemukan di tempat lain di dunia. Spesies-spesies di pulau ini terkenal karena dipelajari oleh Charles Darwin pada awal 1800-an dan pengamatannya menginspirasi pengembangan teori evolusinya.
Kepulauan ini digambarkan sebagai tempat memamerkan proses evolusi. Keterasingannya yang ekstrem, lokasi khatulistiwa di pertemuan tiga arus laut, dan berbagai macam habitat telah menciptakan kondisi ideal untuk perkembangan tanaman dan hewan unik, termasuk kura-kura raksasa, iguana laut, dan penguin Galapagos.
Burung rel Galápagos, yang dikenal secara lokal sebagai ‘pachays.’ Populasi burung ini, yang sehat dan terus bertambah, telah didokumentasikan di Pulau Pinzón, tempat yang sebelumnya tidak pernah dilaporkan. Foto: Island Conservation
|
Berbagai pulau di kepulauan ini terkadang menjadi rumah bagi berbagai jenis hewan yang sama. Misalnya, berbagai spesies burung pipit dan kura-kura dapat ditemukan di setiap pulau utama.
Populasi tokek di Pulau Rábida didokumentasikan selama penugasan penelitian yang dilakukan oleh tim peneliti yang dipimpin oleh pejabat dari Galápagos National Park dan Island Conservation. Tim itu juga mengunjungi Pulau Pinzón sebagai bagian dari penelitian mereka.
Tujuan perjalanan ini adalah menyelidiki bagaimana satwa liar pulih di kedua pulau ini, yang terletak di bagian tengah kepulauan, satu dekade setelah penyingkiran hewan pengerat invasif, yaitu tikus.
Temuan awal menunjukkan bahwa penyingkiran hewan pengerat invasif ini, yang mendatangkan malapetaka pada ekosistem lokal dengan memakan spesies asli dan memengaruhi reproduksi banyak reptil dan burung, telah menghasilkan perbaikan ekologi yang signifikan karena hilangnya predator tersebut.
Rábida dan Pinzón sekali lagi menjadi habitat yang cocok bagi spesies endemik Galápagos yang sebelumnya tidak pernah tercatat di pulau tersebut, dianggap punah secara lokal, atau hanya ada dalam jumlah yang sangat sedikit.
“Pertama kali seekor tokek tercatat di Rábida setelah spesies invasif disingkirkan adalah pada 2013, tetapi saat itu hanya beberapa individu yang diamati,” kata Esposito.
Namun, selama perjalanan terakhir, para peneliti berhasil mendokumentasikan populasi yang sehat dan mapan.
Hewan Selain Tokek
Selain tokek, tim mencatat populasi burung rel Galapagos yang sehat dan terus bertambah. Burung rel Galapagos merupakan burung kecil yang hidup di darat dan merupakan hewan endemik di Pinzón, tempat burung tersebut belum pernah dilaporkan sebelumnya. Para ilmuwan menduga burung tersebut mungkin bermigrasi dari pulau tetangga sebelum menetap di sana.
Tim juga melakukan beberapa pengamatan terhadap burung pipit kaktus di Pinzón, spesies burung yang dianggap punah secara lokal di sana selama lebih dari 40 tahun.
![]() |
Pada 2019, para ilmuwan melaporkan bahwa kura-kura raksasa berhasil menetas di Pinzón untuk pertama kalinya dalam lebih dari 150 tahun. Reptil tersebut kini bereproduksi secara alami tanpa bantuan manusia, suatu kebangkitan yang luar biasa. Sebelumnya, tikus invasif telah memakan telur dan tukik kura-kura di pulau tersebut, yang mengakibatkan populasi yang menua tidak mampu bertahan hidup.
“Tindakan yang diterapkan dalam pemberantasan spesies yang diperkenalkan dan dalam perlindungan dan pemulihan spesies telah efektif,” kata Christian Sevilla, seorang pejabat Galápagos National Park.
![]() |
Esposito mengatakan, memulihkan sebuah pulau ibarat menekan tombol reset. Dengan cara itu, ekosistem alami pulau perlahan pulih, dan dengan itu, pulih pula satwa liar yang menopangnya.
“Mengembalikan pulau-pulau ke alam liar secara langsung menguntungkan satwa liar asli dan memberi mereka kesempatan untuk berkembang, yang pada gilirannya akan menyehatkan lingkungan laut,” ungkapnya.
(rns/fay)