![](https://i0.wp.com/awsimages.detik.net.id/api/wm/2024/08/27/gaya-nyentrik-hotman-paris-di-sidang-crazy-rich-surabaya-1_169.jpeg?wid=54&w=650&v=1&t=jpeg&w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Denpasar –
Pengacara kondang Hotman Paris Hutapea sampai meminta maaf terkait polemik visual dewa Siwa yang jadi latar musik DJ show di Atlas Super Club Bali.
Lewat media sosialnya, Hotman Paris meminta maaf kepada umat Hindu di Bali yang tersakiti atas penayangan visualisasi Dewa Siwa saat pertunjukan musik DJ di Atlas Super Club, Berawa, Kuta Utara, Badung, Bali.
Seperti diketahui publik, Hotman Paris merupakan pemegang saham PT Kreasi Bali Prima yang menaungi Atlas Super Club.
“Kami dari pihak Atlas, untuk yang kesekian kali memohon maaf yang sebesar-besarnya kepada umat Hindu Bali atas kesalahan atau keteledoran salah satu pegawai Atlas yang menayangkan sesuatu yang tidak sepantasnya ditayangkan,” ujar Hotman melalui unggahan video di akun Instagram hotmanparisofficial seperti dilihat, Sabtu (8/2/2025) kemarin.
Hotman mengungkapkan tayangan yang memperlihatkan visual dewa pelebur menurut kepercayaan Hindu itu hanya berlangsung kurang dari 1 menit. Menurut dia, latar belakang bergambar Dewa Siwa saat DJ party di kelab malam itu langsung dihentikan.
Hotman menambahkan karyawan Atlas yang teledor sehingga menayangkan gambar dewa Siwa itu telah dipecat.
“Staf Atlas yang melakukan hal itu telah dipecat,” imbuh Hotman.
Pengacara nyentrik itu berharap masyarakat Bali mendukung keberadaan Atlas Super Club. Ia mengeklaim kelab tersebut menjadi tujuan utama wisatawan yang pelesiran ke Pulau Dewata.
Hotman juga menyebut keberadaan Atlas telah menyerap lebih dari seribu tenaga kerja. Menurutnya, 90 persen dari seluruh pegawai Atlas merupakan warga Bali.
“Mudah-mudahan Atlas akan dapat membantu perekonomian di Bali,” pungkasnya.
Ratusan Karyawan Atlas Gelar Upacara Guru Piduka
Sebelum Hotman Paris meminta maaf, ratusan karyawan Atlas Super Club telah terlebih dahulu mengikuti rangkaian upacara bendu piduka dan guru piduka di Pura Desa Adat Berawa, Desa Tibubeneng, Kuta Utara, Badung, Bali.
Upacara itu digelar sebagai wujud permintaan maaf secara niskala atas kesalahan dan kekeliruan kepada Tuhan. Pelaksanaan upacara itu bertepatan dengan perayaan Hari Saraswati di Bali.
Upacara guru piduka itu diikuti oleh ratusan karyawan Atlas yang sebagian besar beragama Hindu. Sedangkan, karyawan non-Hindu juga turut menyaksikan jalannya upacara dari luar pura.
Upacara itu digelar sebagai buntut polemik penayangan visual Dewa Siwa saat DJ party di Atlas Super Club.
“Mudah-mudahan tidak terulang dan dapat meredam polemik di masyarakat,” kata tokoh Desa Adat Berawa I Wayan Kumarayasa.
Anggota DPRD Badung I Wayan Sandra menambahkan para pelaku usaha hiburan di Bali agar memerhatikan hal-hal yang bersifat sensitif agar tidak menimbulkan gesekan di masyarakat.
“Tidak boleh terjadi lagi. Supaya anak-anak tahu apa yang boleh ditayangkan dan apa yang tidak boleh,” ujarnya.
Dalam pernyataan sebelumnya, pihak Atlas Super Club telah menegaskan tidak berniat menyinggung nilai keagamaan dan menyebut kejadian itu sebagai insiden teknis dan prosedur.
“Kami juga menyampaikan pernyataan tertulis kepada instansi terkait yang mewajibkan kami agar bisa memiliki komitmen terbaik,” ujar Tommy Dimas, Humas Atlas.
——
Artikel ini telah naik di detikBali.
(wsw/wsw)