![](https://i0.wp.com/awsimages.detik.net.id/api/wm/2016/12/10/d9362e1b-6a94-4dcc-b087-8d8894f450ae_169.jpg?wid=54&w=650&v=1&t=jpeg&w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Jakarta –
Meski terpisah puluhan ribu kilometer, persahabatan Indonesia dan Kuba sudah terjalin selama 65 tahun. Persahabatan itu diawali ketika Presiden Pertama RI Sukarno mengunjungi Kuba.
Hubungan diplomatik antara Kuba dan Indonesia secara resmi terjalin pada tanggal 22 Januari 1960. Tonggak sejarah ini semakin mengukuhkan empat bulan kemudian ketika Sukarno, proklamator Indonesia, melakukan kunjungan yang sangat penting ke Kuba.
Sebagai kepala negara pertama yang mengunjungi pulau tersebut pasca-revolusi, kunjungan Sukarno menggarisbawahi persahabatan yang sedang tumbuh antara kedua negara. Sambutannya yang hangat dan pembicaraan yang mendalam dengan Komandan Fidel Castro meletakkan dasar bagi hubungan bilateral yang mendalam dan langgeng.
Bung Karno juga memberikan oleh-oleh sebuah keris untuk Fidel Castro. Kita bisa melihat foto Fidel memegang keris dan Sukarno memegang warangka atau sarung keris.
Perjalanan penting ini dimulai ketika Komandan Ernesto ‘Che’ Guevara tiba di Jakarta pada bulan Juli 1959 sebagai utusan khusus Perdana Menteri Republik Kuba, Fidel Castro Ruz. Setelah mengakhiri kunjungannya, diumumkanlah: Indonesia dan Kuba akan menjalin hubungan diplomatik.
Kunjungan tersebut berpuncak pada penandatanganan perjanjian kerja sama bilateral perdana. Kedua negara telah menikmati periode kerja sama erat yang berkelanjutan, yang ditandai dengan kesepakatan bersama mengenai berbagai hal yang penting secara global.
“Kuba mengakui kontribusi Indonesia sebagai anggota pendiri Gerakan Non-Blok dan menghargai sejarah kerja sama kita bersama dalam forum penting ini, termasuk masa jabatan presiden bersama kita. Kuba berterima kasih atas solidaritas yang tak tergoyahkan dari Pemerintah Indonesia dalam mengutuk blokade ekonomi, komersial, dan keuangan yang tidak adil yang diberlakukan oleh Amerika Serikat, termasuk tuduhan yang tidak berdasar dan tidak berdasar bahwa Kuba adalah negara sponsor terorisme,” ujar Dubes Kuba untuk Indonesia Dagmar Gonzales Grau, di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Kuba lanjutnya Dagmar, menghargai dukungan jangka panjang Indonesia terhadap revolusi Kuba di Majelis Umum PBB, yang telah menuntut penghentian kebijakan yang sudah ketinggalan zaman ini selama tiga dekade.
Sebuah bukti dari kedalaman hubungan bilateral adalah misi kemanusiaan Kuba ke Indonesia setelah gempa bumi dan tsunami yang dahsyat pada tahun 2005. Pengerahan brigade medis beranggotakan 25 orang ke Banda Aceh diikuti oleh pendirian dua rumah sakit lapangan yang lengkap di Yogyakarta oleh Kontingen Internasional Henry Reeve, yang menyediakan perawatan medis penting bagi ribuan warga Indonesia yang terkena dampak.
“Hubungan antara kedua negara kita telah ditandai oleh berbagai upaya kerja sama, yang mencakup bioteknologi, kesehatan, pariwisata, olahraga, budaya, pengembangan sumber daya manusia, dan pengawasan epidemiologi, yang semuanya telah berhasil mengatasi tantangan jarak dan waktu. Hubungan bilateral kita, yang telah berlangsung selama 65 tahun, telah ditandai oleh berbagai perjanjian, termasuk di bidang budaya, kesehatan, olahraga, pertanian, sains, teknologi, inovasi, perdagangan, investasi, dan kerja sama teknis. Sementara banyak dari perjanjian ini masih berlaku, kita harus berusaha untuk membangun fondasi ini dengan menerapkan strategi inovatif yang melampaui batasan geografis,” ujarnya.
Salah satu perusahaan asal Indonesia yang bekerja sama dengan Kuba adalah Archipelago. Operator manajemen hotel ini memiliki beberapa hotel di Kuba yakni Aston Costa Verde Beach Resort, Grand Aston Varadero Beach Resort, Grand Aston Cayo Las Brujas Beach Resort & Spa, Grand Aston La Habana Hotel, dan Grand Aston Cayo Paredón Beach Resort.
“Hubungan diplomatik antara Indonesia dan Kuba adalah contoh nyata kolaborasi yang harmonis. Kehadiran kami di Kuba juga diharapkan dapat mendukung pertumbuhan industri perhotelan dan pariwisata yang terus berkembang setiap tahunnya. Kami berharap dengan adanya acara ini dapat memperkuat hubungan kedua negara ini untuk terus tumbuh, dan membuka jalan bagi peluang kerja sama di masa depan,” ujar John Flood, CEO Archipelago.
(ddn/ddn)