Jakarta –
Departemen Transportasi (DOT) menggugat Southwest Airlines. Perusahaan itu dituduh mengoperasikan dua rute penerbangan yang tertunda secara kronis pada tahun 2022 yang mengakibatkan 180 gangguan penerbangan.
Mengutip CNN, Senin (20/1/2025), menurut siaran pers DOT, gugatan yang diajukan di Pengadilan Distrik AS untuk Distrik Utara California pada hari Rabu (15/1), menuntut hukuman perdata maksimum.
Gugatan tersebut menuduh maskapai yang berbasis di Dallas tersebut merugikan penumpang dan persaingan yang adil di seluruh industri.
Penyelidik menemukan bahwa Southwest mengoperasikan dua penerbangan yang mengalami penundaan kronis, satu antara Chicago Midway dan Oakland, California, dan satu lagi antara Baltimore dan Cleveland.
Sebanyak 180 gangguan tersebut terjadi antara April dan Agustus 2022, di tahun yang sama ketika Southwest mengalami kekacauan paling parah dalam lebih dari 50 tahun sejarah maskapai ini. Setiap penerbangan pada rute-rute tersebut ditunda selama lima bulan berturut-turut.
Menurut data Biro Statistik Transportasi yang diserahkan kepada DOT oleh Southwest, maskapai ini bertanggung jawab atas lebih dari 90% gangguan tersebut.
Menteri Transportasi Pete Buttigieg mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa gugatan tersebut merupakan bagian dari komitmen departemen untuk mendukung hak-hak penumpang.
Gugatan tersebut menuduh Southwest gagal memperbaiki jadwalnya untuk menghindari penundaan.
Apa itu keterlambatan kronis?
Berdasarkan peraturan DOT, sebuah penerbangan dianggap “mengalami keterlambatan kronis” jika diterbangkan setidaknya 10 kali dalam sebulan dan tiba terlambat lebih dari 50%. Pembatalan dan pengalihan juga dimasukkan sebagai penundaan dalam perhitungan departemen.
Southwest mengalami salah satu gangguan penumpang yang paling menonjol pada akhir tahun 2022, ketika ribuan penumpang terlantar selama liburan Natal setelah teknologi yang sudah ketinggalan zaman merusak penjadwalan kru maskapai dan ditambah dengan badai musim dingin yang hebat.
Seorang juru bicara Southwest mengatakan bahwa pihaknya “kecewa” dengan tuntutan yang diajukan oleh departemen tersebut atas penerbangan yang terjadi lebih dari dua tahun yang lalu.
Maskapai ini mengatakan bahwa mereka telah menyelesaikan lebih dari 99% penerbangannya tanpa pembatalan pada tahun 2024.
Southwest sudah menghadapi tantangan lain minggu ini, karena maskapai ini memutuskan untuk menerapkan lebih banyak langkah pemangkasan biaya.
Maskapai ini menghentikan sementara perekrutan dan promosi perusahaan, beberapa program magang musim panas. Bahkan aksi unjuk rasa karyawan yang sudah ada sejak tahun-tahun awal maskapai ini terbang.
Denda DOT pada maskapai lain
DOT juga mendenda sebesar USD 650.000 (Rp 10,6 miliar) dalam bentuk denda perdata pada maskapai penerbangan berbiaya rendah Frontier Airlines karena keterlambatan.
Dari denda tersebut, USD 325.000 akan dibayarkan ke Departemen Keuangan AS dan sisanya USD 325.000 akan ditangguhkan jika maskapai tersebut tidak mengoperasikan penerbangan yang tertunda secara kronis dalam tiga tahun ke depan.
Awal bulan ini, Departemen Perhubungan menghukum JetBlue Airways sebesar USD 2 juta atas penundaan penerbangan. DOT menemukan bahwa JetBlue telah mengoperasikan empat penerbangan yang tertunda secara kronis setidaknya 145 kali antara Juni 2022 hingga November 2023, dengan setiap penerbangan tertunda selama lima bulan berturut-turut atau lebih.
(msl/fem)