Jakarta –
Mengadu nasib di Korea Selatan, seorang pria jatuh bangun jadi pengantar makanan. Tak disangka kegigihan membawanya jadi seorang pemilik restoran.
Jatuh cinta dengan negara orang bukanlah hal yang mudah. Apalagi ketika memilih untuk tinggal dan mencari pekerjaan di perantauan.
Visa untuk izin kerja dan menghadapi penyesuaian budaya yang baru menjadi tantangan besar yang harus dilalui. Sulitnya diterima oleh masyarakat setempat dialami oleh pria bernama Samet Yesiltas.
Dilaporkan oleh The Korea Herald (15/1) Samet adalah pendatang asal Turki. Sosoknya menjadi sorotan karena bekerja sebagai pengantar makanan online.
Pria asal Turki bagikan kisahnya menjadi pengantar makanan di Korea Selatan. Foto: The Korea Herald
|
Ia menyebut dirinya seringkali menerima perilaku rasisme hingga caci maki di jalan. Dengan alasan tersebut ia tak pernah melepaskan masker dan penutup wajahnya.
“Saat saya berhenti di lampu merah, saya sering mendengar cacian dari pengantar makanan asli Korea, bahkan banyak pengendara lain juga melakukan hal sama,” ujar Samet.
Tak hanya dicaci tetapi Samet juga mengaku dirinya kerap dianggap sebagai pekerja ilegal. Padahal ia sudah memiliki visa kerja resmi setelah menikah dengan istrinya yang merupakan warga asli Korea Selatan.
Saat di restoran hingga datang ke rumah pelanggannya, lirikan sinis sering diterima oleh Samet. Namun kegigihannya membawa Samet berhasil mengantarkan 100 makanan per hari pada 2024, pendapatannya saat itu mencapai 350.000 Won atau setara dengan Rp 3,9 juta.
Setelah kenyang dengan pengalamannya, ia yang baru saja kecelakaan memutuskan akan membuka restoran sendiri. Foto: The Korea Herald
|
Sayangnya awal tahun 2025 justru dibuka dengan insiden kecelakaan yang dialami Samet. Namun tragedi itu justru membuka mata Samet untuk mencari peluang yang lebih baik.
Ia mengatakan dirinya akan segera berhenti dari pekerjaan pengantar makanan. Sudah ada restoran yang tengah digarap Samet dan istrinya pada awal bulan Februari.
Adapun alih profesinya akan menantang dirinya menyajikan berbagai hidangan khas Turki, tak lagi mengantarnya. Mengandalkan keahlian dirinya dan istrinya dalam memasak, Samet hampir selesai menyiapkan restoran dengan menu ala Turki dan Barat.
Ternyata sudah selama 4 tahun sejak kedatangannya di Korea Selatan, Samet melakukan pengamatan kecil-kecilan untuk mencari peluang usaha. Bekal membuka restorannya sendiri juga merujuk pada pengalamannya yang pernah bekerja di toko es krim di Turki pada usia 15 tahun.
(dfl/odi)