
Jakarta –
Boeing telah membayar USD160 juta atau Rp 2.534.400.000.000 kepada Alaska Air. Uang itu untuk menebus kerugian yang diderita maskapai ini menyusul ledakan dramatis di udara pada bulan Januari.
Menyitir BBC, Selasa (9/4/2024), Alaska Air mengatakan bahwa uang tersebut akan digunakan untuk menutup kerugian yang terjadi dalam tiga bulan pertama tahun ini. Dan, mereka ingin adanya pembayaran lebih lanjut di bulan-bulan mendatang.
Regulator mengandangkan sementara hampir 200 pesawat jet Boeing 737 Max 9 setelah sumbat pintu jatuh dari pesawat Alaska Air tak lama setelah lepas landas. Ribuan penerbangan pun dibatalkan.
Namun, sebuah firma hukum yang mewakili beberapa penumpang dalam penerbangan Alaska mengkritik langkah tersebut.
“Tampaknya, Boeing menganggap lebih mendesak dan penting untuk membayar mereka yang keuntungan perusahaannya dipertaruhkan, tetapi tidak bagi mereka yang nyawanya terancam dan hampir hilang,” kata Daniel Laurence, seorang mitra di Firma Stritmatter.
Maskapai penerbangan kini harus menghadapi penundaan pengiriman karena Boeing memperlambat produksi pesawat baru untuk mengatasi masalah manufaktur dan keselamatan.
Pada bulan Februari, Ryanair memperingatkan bahwa para wisatawan harus membayar tarif yang lebih tinggi karena penundaan tersebut.
United Airlines, yang juga telah memperingatkan para investor akan kerugian finansial akibat grounding. Baru-baru ini, mereka meminta para pilot untuk mengajukan cuti tanpa bayaran karena perubahan pengiriman.
Pada bulan Januari, Alaska memperingatkan akan adanya kerugian sekitar USD 150 juta.
“Meskipun kami mengalami beberapa pembatalan pesanan setelah kecelakaan dan grounding 737-9 MAX, Februari dan Maret keduanya berakhir di atas ekspektasi awal kami sebelum grounding,” kata maskapai tersebut.
Boeing tidak berkomentar, tetapi memperingatkan awal tahun ini bahwa mereka memperkirakan akan menghabiskan setidaknya USD 4 miliar lebih banyak dari yang diharapkan dalam tiga bulan pertama tahun ini.
Perusahaan ini telah mengalami krisis sejak kejadian darurat pada 5 Januari lalu, di mana menimpa para penumpang penerbangan Alaska Airlines dari Portland, Oregon menuju California. Mereka tidak mengalami cedera serius.
Laporan awal dari Dewan Keselamatan Transportasi Nasional AS menyimpulkan bahwa empat baut yang dimaksudkan untuk memasang pintu dengan aman ke pesawat belum dipasang.
Boeing kini menghadapi penyelidikan kriminal atas insiden itu sendiri, serta tuntutan hukum dari para penumpang di dalam pesawat.
Bulan lalu, kepala eksekutif Dave Calhoun mengatakan bahwa ia akan mengundurkan diri pada akhir tahun ini, pemimpin yang paling terkenal yang meninggalkan perusahaan setelah krisis ini.
Simak Video “Regulator AS Turun Tangan Buntut Jendela Alaska Airlines Lepas di Udara“
[Gambas:Video 20detik]
(msl/fem)