Jakarta –
Sebuah epidemi kerontokan rambut misterius telah melanda desa Buldhana, Maharashtra, India menyebabkan kepanikan massal di kalangan penduduk. Dalam kurun waktu kurang dari seminggu, ratusan penduduk desa, baik pria maupun wanita, mengalami kerontokan rambut yang parah hingga menyebabkan kebotakan.
Fenomena aneh ini telah membingungkan para ahli medis dan memicu kekhawatiran akan adanya kontaminasi atau penyakit yang belum teridentifikasi. Penduduk desa yang panik berbondong-bondong mendatangi klinik dan rumah sakit setempat, mencari jawaban dan pengobatan atas kondisi yang mengkhawatirkan ini.
Seorang wanita tua mengatakan bahwa ia mengalami kerontokan rambut sejak Minggu lalu. Ia menyimpan rambutnya dengan aman di dalam tas kecil.
“Rambut saya mulai rontok beberapa hari yang lalu, dan sekarang hampir seluruhnya botak,” ujarnya dengan putus asa seperti dikutip dari Indiatoday. “Saya tidak tahu apa yang terjadi. Kami semua takut.”
Seorang pria muda mengatakan bahwa rambutnya juga rontok, dan ia telah menyaksikan penipisan garis rambut yang cepat selama 10 hari terakhir. Rambut wajahnya (jenggot) juga rontok.
Tim Departemen Kesehatan India mengidentifikasi sekitar 50 orang yang terkena kondisi tersebut, dengan kekhawatiran bahwa jumlahnya mungkin meningkat.
Kontaminasi Air
Meskipun penyebab pasti dari epidemi ini masih belum diketahui, beberapa ahli menduga bahwa air yang terkontaminasi mungkin menjadi faktor utama. Sampel air dari desa tersebut telah dikirim ke laboratorium untuk diuji, dan hasilnya masih ditunggu.
Begitu kami mendapat informasi, kami mengirim seorang dokter spesialis kulit dan seorang ahli epidemiologi ke desa tersebut untuk melakukan investigasi awal. Sekitar 99 persen kasus menunjukkan adanya infeksi jamur pada kulit kepala, yang menyebabkan rambut rontok,” kata petugas kesehatan distrik Amol Geete.
Epidemi Kebotakan di India Foto: HT Marathi via Hindustan Times
|
“Kami juga akan menguji air untuk melihat apakah ada logam berat di dalamnya, karena logam berat dapat meningkatkan infeksi jamur. Kami akan mengambil sampel kulit dari 2 hingga 4 pasien dan mengirimkannya ke Akola Medical College untuk pemeriksaan mikroskopis,” lanjutnya.
Laporan uji sampel air dan biopsi akan keluar dalam dua hingga tiga hari. Belum ada yang bisa dipastikan tentang penyebab kerontokan rambut tersebut, imbuh Geete
Pemerintah setempat telah mengambil langkah-langkah untuk mengatasi krisis ini, termasuk menyediakan bantuan medis dan konseling bagi penduduk desa yang terkena dampak. Tim medis telah dikerahkan ke desa tersebut untuk melakukan pemeriksaan dan memberikan perawatan.
“Departemen telah memulai perawatan medis terhadap pasien sesuai gejalanya, dan saran dari spesialis perawatan kulit juga sedang dipertimbangkan,” kata Dr. Deepali Bahekar, Petugas kesehatan Shegaon.
Selain itu, pemerintah juga telah mengeluarkan imbauan kepada masyarakat untuk tetap tenang dan tidak menyebarkan informasi yang belum terverifikasi. Masyarakat dihimbau untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan, serta segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan jika mengalami gejala kerontokan rambut yang tidak biasa.
(afr/afr)