Jakarta –
Tahun 2024 tercatat sebagai pemecah rekor dengan suhu terpanas saat ini. Itu dibuktikan dengan suhu rata-rata global yang kian meningkat, dan puncaknya terjadi pada tahun lalu.
Suhu bumi mencapai tonggak sejarah baru di 2024 menyentuh angka tahun terpanas tertinggi dengan meningkat hingga lebih dari 1,5 derajat Celcius di atas tingkat saat era pra-industri. Hal itu berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Badan Perubahan Iklim (C3S), lembaga iklim dan cuaca Uni Eropa, Copernicus.
“Kita semua yang membuat proyeksi di awal tahun meremehkan seberapa hangatnya suhu pada tahun 2024,” kata Zeke Hausfather, ilmuwan iklim di Berkeley Earth sebagaimana dikutip dari Earth.org, Jumat (10/1/2025).
Sebelumnya, rekor suhu terpanas terjadi 2023 dan ilmuwan memperkirakan di tahun berikutnya akan terjadi penurunan. Perkiraan itu dengan melihat El Nino yang mereda pada bulan Juni lalu. Namun, hal itu ternyata meleset.
Pola cuaca, yang dikaitkan dengan pemanasan suhu permukaan laut di Pasifik ekuator bagian tengah-timur, mendorong suhu global ‘keluar dari grafik’ pada tahun 2023, menjadikannya tahun terpanas yang pernah tercatat di 2024.
Ketika kondisi Pasifik ekuator kembali normal pada pertengahan tahun, suhu global tidak terjadi. Di 2024 terjadi sejarah dengan rekor tinggi baru untuk suhu rata-rata global harian yang 41 hari dikategorikan panas paling bahaya di seluruh dunia.
Cupernicus menyebutkan tidak ada negara yang terhindar dari suhu panas global tersebut, di mana semua wilayah benua kecuali Antartika dan Australasia mencatat tahun terhangat mereka.
Suhu permukaan laut tetap pada rekor tertinggi dari Januari hingga Juni, mengikuti tren dari akhir tahun 2023. Pada paruh kedua tahun 2024, suhu mencapai rekor terpanas kedua untuk periode tersebut, setelah tahun sebelumnya.
Program pengamatan Bumi Uni Eropa juga mengonfirmasi prediksi sebelumnya bahwa tahun 2024 menandai tahun kalender pertama di mana suhu global rata-rata melebihi 1,5 derajat Celcius di atas tingkat pra-industri.
Ambang batas kritis 1,5 derajat Celcius ditetapkan pada pertemuan puncak iklim COP21 tahun 2015, saat 196 pihak menandatangani Perjanjian Paris yang mengikat secara hukum. Mereka sepakat untuk terus membatasi pemanasan global di bawah 1,5 derajat Celcius atau jauh di bawah 2 derajat Celcius di atas tingkat pra-industri pada akhir abad ini.
Di luar batas ini, para ahli memperingatkan titik kritis akan terlampaui, yang menyebabkan konsekuensi yang menghancurkan dan berpotensi tidak dapat diubah bagi beberapa sistem Bumi yang vital yang menopang planet yang ramah.
(agt/fay)