Jakarta –
BYD memberi tanggapan soal isu perbudakan yang terjadi dalam proses pembangunan pabrik mereka di Brasil. BYD menegaskan bahwa mereka tidak menoleransi tindakan tidak hormat terhadap hukum dan martabat manusia di Brasil. BYD pun telah memutus kerja sama dengan kontraktor terkait.
Pada Senin (23/12), BYD Auto do Brasil menerima pemberitahuan dari Kementerian Tenaga Kerja dan Ketenagakerjaan, jika perusahaan outsourced kontrak jasa konstruksi Jinjiang Construction Brazil Ltda. telah melakukan penyimpangan serius.
BYD Auto do Brasil dalam pernyataan yang diterima detikoto, menegaskan kembali bahwa perusahaan tak menoleransi tindakan tidak hormat terhadap hukum dan martabat manusia di Brasil.
Perusahaan pun memutuskan untuk segera mengakhiri kontrak dengan kontraktor tersebut untuk pelaksanaan sebagian pekerjaan di pabrik Camaçari (BA). Perusahaan juga sedang mempelajari tindakan lain yang sesuai. BYD Auto do Brasil menegaskan kembali bahwa karyawan yang disubkontrakkan tidak akan dirugikan oleh keputusan ini dan memastikan bahwa semua hak mereka akan terus dilindungi.
Selain itu BYD memutuskan bahwa semua pekerja akan dipindahkan ke sejumlah hotel di wilayah sekitar. Dalam beberapa minggu terakhir, BYD Auto do Brasil telah meninjau terperinci tentang kondisi kerja dan kehidupan semua karyawan dari perusahaan subkontrak yang bertanggung jawab pada proyek tersebut, melakukan komunikasi dengan perusahaan subkontrak tersebut pada beberapa kesempatan, dan bahkan membuat penyesuaian yang terbukti diperlukan.
“BYD Auto do Brasil menegaskan lagi komitmennya untuk mematuhi sepenuhnya undang-undang Brasil, khususnya terkait perlindungan hak pekerja, juga martabat manusia. Karena alasan ini, perusahaan telah bekerja sama dengan otoritas berwenang sejak awal dan telah memutuskan untuk mengakhiri kontrak dengan perusahaan konstruksi Jinjiang,” ungkap Alexandre Baldy selaku Wakil Presiden Senior BYD Brasil.
“Perusahaan telah beroperasi di Brasil selama 10 tahun dan selalu mematuhi undang-undang setempat dengan ketat juga menjaga komitmennya terhadap etika, rasa hormat, dan martabat manusia,” tambah dia.
Indikasi Perbudakan dalam Proyek Pembangunan Pabrik BYD di Brasil
Diberitakan sebelumnya, otoritas Brasil menghentikan pembangunan pabrik mobil listrik BYD di kawasan setempat. Penyebabnya, ditemukan indikasi perbudakan pekerja pada proyek tersebut.
Dikutip Reuters dan BBC, Kantor Ketenagakerjaan Umum (MPT) Brasil menyatakan, ada 160-an pekerja yang diselamatkan di negara bagian Bahia, Brasil. Selain itu, BYD juga telah memutus hubungan dengan perusahaan konstruksi terkait demi mematuhi undang-undang setempat.
Sumber yang sama mengatakan, pekerja-pekerja yang berasal dari China itu ditempatkan di bangunan yang tidak layak. Bahkan, mereka tidak menerima bayaran dan paspor mereka ditahan.
Seluruh pekerja ditempatkan di empat fasilitas yang berlokasi di kota Camacari, Brasil. Parahnya, di salah satu bangunan, kamarnya tak ada kasur! Sehingga sejumlah pekerja tidur tanpa alas.
Tak berhenti di situ, setiap kamar mandi digunakan bersama-sama sebanyak 31 pekerja. Mereka juga dipaksa bangun pagi-pagi sekali untuk bekerja lebih awal. Hal tersebut sangat berlawanan dengan aturan ketenagakerjaan setempat.
“Kondisi yang ditemui di tempat penginapan tersebut menunjukkan gambaran yang mengkhawatirkan tentang ketidakamanan dan degradasi. Kondisinya seperti perbudakan,” demikian kata MPT.
MPT menambahkan, situasi tersebut juga termasuk ‘kerja paksa’, karena banyak pekerja yang upahnya ditahan dan menghadapi biaya yang sangat mahal karena pemutusan kontrak.
Sebagai catatan, pabrik BYD di Brasil menjadi fasilitas pertama BYD di luar Asia. Pabrik tersebut mulanya ditargetkan beroperasi Maret tahun depan.
(lua/riar)