Jakarta –
Mungkin sulit untuk melihat spons sebagai makhluk hidup. Ia terlihat diam seperti benda mati dan sama sekali tidak mirip tumbuhan. Faktanya, spons merupakan salah satu hewan yang hidup paling lama di planet ini.
Yang paling mengesankan, para ilmuwan memperkirakan satu spesimen makhluk ini, yang ditemukan di Antartika mungkin berusia 11 ribu tahun.
Spons yang dimaksud adalah spesies Monorhaphis chuni, dan mereka menghabiskan hidupnya dengan berlabuh di substrat laut melalui satu spikula raksasa.
Tubuh mereka kemudian melilit spikula tersebut dan membentuk silinder yang berkesinambungan, yang secara efektif menahan tubuhnya pada paku di atas dasar laut, yang mungkin mengilhami deskripsi spesies Monorhaphis oleh National Oceanographic and Atmospheric Administration (NOAA) sebagai jajanan khas Korea, corn dog.
Umur hewan-hewan ini terungkap pada 2012 ketika para ilmuwan menyelidiki komposisi isotop dan unsur kerangka spesimen M. chuni raksasa. Spons itu sudah cukup mengesankan dengan panjang lebih dari 2 meter dan tebal 1 cm. Tetapi ketika para peneliti melihat lamela silikon dioksida halus yang membentuk batang seperti serat kaca (yang tumbuh seperti lingkaran pohon), hasil usianya benar-benar mengejutkan.
Pada usia sekitar 11 ribu tahun, spons tersebut telah mengalami banyak perubahan saat tumbuh diam-diam di kedalaman sekitar 1.100 meter di Laut China Timur hingga ditemukan pada 1986.
Lebih dari 25 tahun kemudian, sekelompok ilmuwan berhasil memperoleh beberapa informasi berharga tentang iklim tempat spons tersebut berkembang dengan mengamati pola pertumbuhan batang silikon dioksida.
“Awalnya kami mengenali empat area di bawah mikroskop elektron tempat lamela tumbuh tidak teratur,” kata penulis utama Klaus Peter Jochum seperti dikutip dari IFL Science.
“Mereka menunjukkan periode waktu peningkatan suhu air, misalnya karena letusan gunung laut,” jelasnya.
Dengan menunjukkan umur panjang yang luar biasa, spons ini memberikan kesempatan untuk mempelajari kondisi samudra menggunakan arsip iklim yang hidup.
Dengan demikian, peneliti dapat menetapkan bahwa suhu samudra dalam berubah beberapa kali selama ribuan tahun terakhir, dan bahwa suhu tempat spons berkembang melonjak setidaknya sekali dari di bawah 2°C menjadi 6 – 10°C sebagai akibat dari letusan gunung bawah laut. Ini adalah informasi yang tidak dimiliki para peneliti sebelum penemuan potensi iklim spons.
Jadi, jangan terkecoh dengan penampilan spons laut dalam yang tampak sederhana, karena tampaknya mereka memiliki berbagai macam trik pada spikulanya.
[Gambas:Youtube]
(rns/rns)