Jakarta –
Honda jual motor listrik ICON e: seharga Rp 28 juta. Kehadiran motor listrik itu belum bisa menggeser motor bensin internal combustion engine (ICE) di kelas termurah seperti Honda BeAT.
ICON e: itu mirip-mirip dengan EM1 e:, namun performanya sedikit lebih tinggi. Spek baterainya Lithium-ion 48 V, 30,6 Ah. Honda ICON e: menggendong motor listrik dengan tenaga maksimal 1,8 KW yang mampu melaju hingga 55 km per jam. Lalu jarak tempuhnya bisa sampai 53 kilometer.
Posisi harga ICON e: mepet-mepet dengan Stylo dan Vario. Namun kemampuan motor listrik buatan Honda itu belum sebanding dengan harga motor di kelas entry level sekalipun.
“Ya kita realistis, kalau sampai menggantikan BeAT tidak apple to apple. Karena ada faktor lain, apa itu? faktor market kesukaan pilihan masyarakat. So far masih lebih banyak di ICE produk kan,” kata General Manager Corporate Communication AHM, Ahmad Muhibbuddin di Cikarang, Jawa Barat, Senin (16/12/2024).
Kapan saja dan ke mana saja jadi gambaran kemudahan yang harus ditawarkan terhadap motor listrik. Sebab masyarakat masih terbiasa menggunakan motor bensin tanpa harus khawatir mogok karena kehabisan daya. Di sinilah peran infrastruktur seperti stasiun pengisian listrik umum dan sistem swap baterai yang perlu diperbanyak seperti SPBU.
Di sisi lain, sepeda motor di Indonesia sudah menjadi kebutuhan lantaran transportasi umumnya yang belum seperti di negara maju.
Sepeda motor bensin saat ini masih bisa memberikan layanan penuh buat mobilitas, sedangkan motor listrik masih terbatas range dan charging time.
Beberapa waktu yang lalu, Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Sepedamotor Indonesia (AISI) Hari Budianto, tahun ini penjualan motor listrik di Indonesia diproyeksikan tembus 70 ribu unit
“Tahun ini kemungkinan akan mencapai angka 70 ribuan. Memang jauh perbandingannya (dengan motor konvensional). Motor listrik terjual 6.000-an per bulannya,” ungkap Hari kepada wartawan di Cikarang, belum lama ini.
Kata Hari, motor listrik belum bisa diterima masyarakat umum di Indonesia lantaran merupakan teknologi baru, sehingga butuh waktu bagi masyarakat untuk bisa menerima keberadaan motor listrik.
“Masih banyak faktor. Salah satunya harga. Oke dikasih insentif, tapi kan orang Indonesia itu naik motor supaya bisa dipakai kapan saja dan ke mana saja. Mereka melakukan kegiatan ekonomi, yang paling murah untuk sarana mobilitas itu sepeda motor,” jelas Hari.
Selain fasilitas swap baterai yang tidak semasif SPBU. Belum lagi yang kepikiran saat waktu mengganti harga baterai dari motor listrik. Penerimaan motor listrik sebagai pengganti motor interncal combustion engine masih perlu waktu
“Itu kan butuh proses. Belum lah. Volume (penjualan motor listrik) jauh banget itu,” kata Muhib.
(riar/din)