Jakarta –
Saat banyak penjual makanan mulai gulung tikar karena harga sewa lahan mahal, penjual di Singapura ini justru dapat biaya sewa murah. Dengan bayar Rp 11 ribu, ia bisa berjualan.
Kondisi ekonomi dunia yang sedang tidak baik-baik saja bisa memengaruhi berbagai aspek di sebuah negara. Singapura menjadi salah satu yang terkena dampaknya.
Harga makanan di Singapura semakin mahal karena bahan baku meningkat, pajak meningkat, sampai biaya sewa lahan juga melambung tinggi. Hal ini tentu berdampak kepada pemilik bisnis kuliner, termasuk penjual makanan kaki lima.
Tidak sedikit penjual makanan di Singapura gulung tikar. Bahkan, para penjual makanan legendaris yang masih eksis juga ada yang tutup.
Di tengah kondisi bisnis kuliner seperti itu, penjual makanan ini justru mendapat harga sewa murah. Gerainya dikelola oleh Ng Khai Choon di pinggiran Chinatown Complex Food Centre, Singapura, lapor Asia One (09/12/2024).
Lokasinya memang tidak strategis, jauh dari kios nasi ayam dan char kway teow yang terkenal dengan penghargaan Michelin miliknya. Deretan kiosnya juga sepi penjual. Dari belasan unit, hanya enam yang buka dan beroperasi selama jam makan siang.
Tak hanya penjual, pengunjung yang datang pun sedikit. Padahal, pusat jajanan ini masuk ke dalam daftar lima pusat jajanan kaki lima terbesar di Singapura. Khai menganggap visibilitas kios-kios yang berada di pojokan kurang terekspos. Bahkan, pengunjung tidak tahu kalau ada gerai makanan di area tersebut.
“Karena ada begitu banyak pilihan makanan enak di sini, jika Anda pengunjung baru, hanya sedikit orang yang akan memberi Anda kesempatan,” jelasnya.
Penjual makanan ini hanya membayar biaya ewa sebesar 1 SGD atau Rp 11 ribu. Foto: Tabla
|
Meskipun gerainya sepi pembeli, tetapi pria 57 tahun itu tidak begitu banyak mengeluh. Lagipula, ia sebenarnya masih beruntung karena biaya sewa bulanan di lokasi tersebut ternyata sangat murah.
Tidak seperti biaya sewa lahan di tempat lainnya yang bisa mencapai puluhan hingga ratusan juta, di area yang ‘kurang terlihat’ itu biaya sewanya hanya 1 SGD atau sekitar Rp 11 ribu.
Hal ini disebabkan Khai Choon memenangkan tender pada September 2023. Ia mulai mengoperasikan kios tersebut sejak Januari tahun ini.
Kepada Asia One, penjual makanan itu menjelaskan cara yang ia lakukan untuk mendapat biaya sewa lahan murah.
Jika kios tersebut telah dalam proses tender selama berbulan-bulan tanpa penawaran, Khai Choon akan meninjau tempat tersebut. Melihat apakah memenuhi kriterianya atau tidak. Kebetulan, kios tempat ia jualan sekarang memenuhi standar pribadi. Kiosnya dekat dengan rumah Khai Choon dan ukurannya juga ideal dan cukup lapang.
“Jadi saya mengajukan penawaran sebesar 1 SGD (Rp 11 ribu) dan mendapatkannya,” jelasnya.
Khai Choon memang sengaja tidak ingin memberi penawaran terlalu tinggi. Ia lebih pilih menawar dengan harga rendah tetapi siap mengambil segala risiko yang ada.
Merasa cocok dengan kios murah itu, Ng. Khai Choon pun menjalankan bisnisnya hanya selama dua jam dalam sehari. Gerai makanannya juga hanya buka dua hari dalam seminggu, tepatnya hari Sabtu dan Minggu, dari pukul 11.00 sampai 13.00 WIB.
Dalam waktu bersamaan, ia juga membuka kios lain yang menjual hidangan sama, tetapi lokasinya di Hong Lim Food Centre, Chinatown. Namun, di kios itu, harga sewanya sedikit lebih tinggi dari 1 SGD.
Untuk menu yang ditawarkan, Kook@Chinatown hanya menjual empat hidangan, mulai dari aloo gobi chapati (hidangan vegetarian asal India yang terdiri dari kentang (aloo) dan kembang kol (gobi)), sup miju-miju (sup vegetarian dan daging), salad campur, dan sup iga domba.
Sup iga domba seharga $8.50 (Rp 100.734) disajikan dalam bentuk berbeda dari restoran lainnya. Versi Kook punya warna kuah lebih kuning karena banyak menggunakan bahan dasar kacang lentil. Tingkat kepedasannya juga bisa disesuaikan, mulai dari sedang, pedas, dan sangat pedas.
Ini salah satu hidangan yang ditawarkan oleh penjual itu. Foto: Tabla
|
Setiap gerainya buka, pemilik Kook@Chinatown ini hanya mampu menyiapkan bahan untuk 10 porsi sup domba. Hal sama juga ia siapkan untuk gerainya yang ada di Hong Lim, Namun, dalam waktu tertentu ia masih suka menerima pesanan pre-order.
Keuntungan yang Khai Choon dapat mungkin tidak seberapa, tetapi ia menikmati pekerjaan tersebut. Penjual kaki lima seperti dia juga mendapat bantuan dari pemerintah.
“Misalnya, pedagang kaki lima dapat mengakhiri sewa hanya dengan pemberitahuan satu bulan, tidak seperti sewa kedai kopi yang biasanya binding selama tiga tahun,” jelasnya.
Penjual kaki lima sepertinya juga mendapat hibah efisiensi energi. seperti kulkas dan freezer, dan hibah biaya lainnya yang mampu mengganti 70-80 persen pembelian peralatan.
Sewa bulanan sebesar 1 SGD ini hanya berlaku selama dua tahun. Jika harganya naik, Khai Choon pun mengaku tidak akan melanjutkan jualan di kios tersebut.
(aqr/adr)