Jakarta –
Matahari di Bali khususnya Denpasar dinilai agak redup dalam beberapa hari terakhir. Begini penjelasan terkait fenomena tersebut.
Kondisi itu teramati jelas pada pagi hari setelah terbit dan sebelum terbenam pada sore hari mulai pukul 16.00-18.00 Wita.
Balai Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah III Denpasar menyebutkan, fenomena itu terjadi karena wilayah Bali sedang diselimuti kabut adveksi. Kabut tersebut memang terlihat seperti asap.
Prakirawan Cuaca BBMKG Wilayah III, Ariantika, mengatakan bahwa kondisi tersebut hal yang wajar dan normal terjadi di pesisir pantai wilayah tropis.
“Untuk kondisi kabut yang menyelimuti Bali saat ini bukanlah kabut asap, karena dari pantauan satelit tidak ada sebaran asap di sekitar wilayah Bali,” ujar Ariantika kepada detikBali, Selasa (26/11/2024).
“Kondisi tersebut kemungkinan kabut adveksi,” imbuhnya.
Kabut adveksi terjadi karena adanya transfer kelembapan dari wilayah perairan menuju daratan. Kondisi tersebut juga mempengaruhi sinar matahari yang kurang terang atau redup karena tertutup kabut.
“Saat pagi hari pancaran sinar matahari membuat daratan mendapat panas lebih cepat dibandingkan permukaan laut,” jelasnya.
Sehingga, lanjut dia, tekanan udara di darat menjadi lebih rendah. Hal itu yang menyebabkan uap air bergerak ke atas permukaan yang lebih dingin dan mengembun, sehingga terbentuk kabut.
“Kabut adveksi tidak memiliki bau, berbeda dengan kabut asap yang berbau terbakar dan menyengat,” beber dia.
__________
Artikel ini telah tayang di detikBali
(wkn/wkn)