Jakarta –
Bali masuk ke dalam daftar destinasi tidak layak dikunjungi 2025 oleh turis asing versi Fodor’s, penerbit paduan perjalanan Amerika Serikat (AS). Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Provinsi Bali Tjokorda Bagus Pemayun menolak penilaian itu.
Dia menegaskan Pulau Dewata masih layak dikunjungi oleh wisatawan mancanegara. “Saya pikir artinya memang Bali sangat layak jadi kunjungan. Tidak hanya sekarang, tapi setiap saat,” ujar Pemayun seperti dikutip dari detikBali, Senin (25/11/2024).
Pemayun berharap wisatawan asing tidak perlu ragu untuk pelesiran ke Bali pada 2025. Ia menilai landasan yang dijadikan acuan oleh Fodor’s kurang utuh, sebab penerbit konten perjalanan itu hanya menyoroti kondisi kawasan Bali selatan yang padat.
“Kami akui di Bali selatan (wisatawan) masih terkonsentrasi di sana,” kata dia.
Pemayun membantah kondisi pariwisata Bali sudah berlebihan atau overtourism. Ia membeberkan tingkat hunian kamar hotel di seluruh Bali rata-rata 80 persen sejak 2019. Kebanyakan kamar hotel tersebut berada di kawasan Bali selatan.
“Kadang di peak season 90 persen. Tapi kalau kita ngomong average kan seluruh Bali,” ujarnya.
Menurut Pemayun, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali terus memperbaiki tata kelola pariwisata. Termasuk menyiapkan aturan alih fungsi lahan yang masih digodok pemerintah hingga membentuk tim pengendalian pembangunan Bali. Ia menegaskan Bali masih aman dan nyaman untuk dikunjungi pelancong.
“Kami sekarang ini dengan stakeholder pariwisata sudah menyampaikan ke partner-partner di luar negeri. (Publikasi Fedor’s) itu tidak menunjukkan bahwa Bali seperti parameter yang disebutkan itu,” kata Pemayun.
Sebelumnya, Fodor’s memasukkan Balik ke dalam daftar destinasi yang disarankan tidak dikunjungi turis asing pada 2025. Penerbit paduan perjalanan itu beralasan kondisi Bali yang sudah overtourism.
“Pembangunan yang tidak terkendali dan didorong oleh pariwisata yang berlebihan telah melanggar habitat alami Bali, mengikis warisan lingkungan dan budaya, dan menciptakan ‘kiamat plastik’,” tulis Fodor’s dalam dalam artikel berjudul ‘Fifteen Destinations to Reconsider in 2025’.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali, Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati atau Cok Ace, juga sempat merespons terkait pemberitaan tersebut. Cok Ace menilai Bali saat ini tidak overtourism, tetapi hanya pengaturannya saja yang perlu dibenahi.
“Bali sesungguhnya tidak overtourism, dengan luas wilayah delapan kali luas Singapura dan wisatawan hanya seperenamnya saja tidak ada,” ujar Cok Ace, Jumat.
“Sesungguhnya dari luas wilayah masih belum dapat dikatakan overtourism, hanya pengaturannya yang perlu ditingkatkan,” kata mantan Wakil Gubernur Bali itu.
(fem/fem)