Jakarta –
Geopark Kebumen akan segera menyandang status sebagai UNESCO Global Geopark pada tahun 2025. Kawasan tersebut dinilai telah lolos penilaian dari UNESCO.
Pengelola Geopark Kebumen, Rizal Nur Alfian, menyatakan bahwa pencapaian ini merupakan langkah besar bagi kawasan yang hampir mencakup seluruh Kabupaten Kebumen, mencakup 22 kecamatan dari total 26 yang ada.
“Dengan adanya pengakuan ini, Geopark Kebumen akan semakin dikenal di tingkat global, dan kami berharap ini akan memicu pertumbuhan ekonomi lokal secara signifikan,” ujar Rizal kepada tim PKM Pariwisata FIB UGM dan detikTravel pada Sabtu (2/11).
Ia juga menekankan bahwa Geopark Kebumen dikelola dengan pendekatan holistik, yang tidak hanya fokus pada pariwisata, tetapi juga sektor lain seperti pertanian.
“Pariwisata akan menjadi bonus dari berbagai kegiatan berbasis geodiversitas dan biodiversitas yang mendukung kesejahteraan masyarakat,” tambah Rizal.
Seboro, Kawasan Prioritas yang Berbasis Geodiversitas
Desa Seboro, salah satu kawasan prioritas di Geopark Kebumen, menyimpan kekayaan geologi yang menarik bagi para ahli dan peneliti. Kepala Desa Seboro, Adi Subarkah, menyebutkan bahwa wilayahnya yang luasnya mencapai 1.501 hektar memiliki daya tarik khusus bagi penelitian geologi.
Salah satu geosite unik di Seboro adalah Lava Bantal dan Lincak Merah yang diyakini terbentuk sejak 80 juta tahun lalu, ketika batu-batu tersebut masih berada di dasar samudra.
Kawasan Seboro juga akan tetap mempertahankan nilai-nilai budaya lokal yang terkait dengan keberadaan situs geologi ini.
“Masyarakat secara turun-temurun melestarikan situs tersebut, menjadikannya salah satu nilai positif yang diakui UNESCO dalam penilaiannya,” jelas Rizal.
Pendekatan budaya ini, lanjut dia, diterapkan di seluruh geosite di Kebumen, sehingga menggabungkan narasi sejarah lokal dengan aspek pelestarian alam.
Pengembangan Berkelanjutan Melalui Kerja Sama dengan UGM
Kepala Desa Seboro, Adi Subarkah, juga mengapresiasi dukungan dari program pengabdian masyarakat Universitas Gadjah Mada (UGM) dalam mengembangkan potensi desa. Melalui program ini, masyarakat dan pengelola desa wisata mendapat pelatihan yang membuka wawasan mereka mengenai pengelolaan potensi lokal yang selama ini belum tergali.
“Kami berharap kerja sama seperti ini dapat terus berlanjut untuk mendorong desa Seboro semakin dikenal dan potensi alamnya dapat dimanfaatkan secara optimal,” ujar Adi.
Peran Budaya dalam Mendorong Pariwisata di Desa Seboro
Selain potensi geologinya, Desa Seboro juga kaya akan sejarah dan adat istiadat yang terus dilestarikan. Tokoh masyarakat Seboro, Pak Sudjito, menceritakan asal-usul nama Seboro yang berasal dari “sebaran” karena dahulu masyarakat datang ke sini untuk bercocok tanam.
Hingga kini, desa ini masih memegang tradisi unik, seperti gebasan pada bulan Suro, di mana masyarakat berkumpul untuk membersihkan makam dan melaksanakan makan bersama sebagai bentuk penghormatan pada leluhur.
Dengan warisan budaya dan kekayaan geologi yang luar biasa, Geopark Kebumen berpotensi menarik wisatawan, akademisi, dan peneliti dari seluruh dunia.
Pengelola dan masyarakat berharap status UNESCO Global Geopark dapat mendongkrak daya tarik kawasan ini, membuka peluang ekonomi, serta memastikan pelestarian alam dan budaya yang telah berlangsung turun-temurun.
(wsw/wsw)