Jakarta –
Uni Tutie berhasil mengeskpor produk rendangnya sampai ke Amerika dan Eropa. Terbaru, pengusaha asal Bukittinggi ini menciptakan nasi instan berikut paket rendang praktis dan awet 1 bulan di suhu ruang!
Sri Yuliastuti atau akrab disapa Uni Tutie adalah sosok di balik keberhasilan usaha rendang merek Uni Tutie. Dapur produksinya berlokasi di Depok, Jawa Barat dengan pemasaran sampai ke pasar ekspor, seperti Amerika, Australia, Jerman, dan Swiss.
Semua ditekuni Uni Tutie sejak 2015. Persyaratan dan perizinan yang rumit dan memakan waktu pun ia penuhi demi dapat memasarkan rendang sampai ke luar negeri.
Produknya sudah mengantongi sertifikat dari BPOM RI MD (Makanan Dalam) hingga HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point). Diakui Uni Tutie butuh waktu sampai 2 tahun untuk mengurus semua sertifikasi dan izin edar produk.
Uni Tutie menawarkan rendang kemasan praktis dengan varian rendang sapi, rendang paru, rendang jengkol, rendang kacang merah, sampai kalio daging. Harganya sekitar Rp 106 ribu per kemasan 250 gram.
Meski rendangnya sudah laku di pasar ekspor maupun pasar dalam negeri via pemasaran online, Uni Tutie masih terus berinovasi menciptakan produk baru. Salah satunya paket rendang siap santap dengan isian nasi instan di dalamnya.
Berawal dari keresahan konsumen yang ingin cicip rendang pakai nasi
Uni Tutie, pengusaha rendang yang bisa masuk pasar ekspor Amerika dan Eropa. Foto: detikFood
|
Kepada detikfood (24/10/2024), Uni Tutie menceritakan inspirasi di balik terciptanya produk nasi instan dan rendang kemasan ini. Ternyata berawal dari keresahan konsumen yang ingin cicip rendang pakai nasi.
“Kalau misalnya kita ikut bazar nih, produk saya kan kotak-kotak semua gitu ya, terus orang bilang, ‘oke deh, rendangmu enak, (kemasan) kotak-kotak semua, tapi nasinya mana?’, katanya gitu kan,” kata Uni Tutie.
Konsumen sering bilang kalau cuma coba rasa rendang, tanpa nasi, rasanya kurang lengkap. “Jadi akhirnya saya terpicu juga buat bikin nasi instan,” kata Uni Tutie.
Nasi instan itu dibuat benar-benar dari beras hingga menjadi nasi pada umumnya. bukan alternatif pengganti nasi seperti porang atau shirataki.
“Jadi bentuknya nasi, bukannya lontong,” katanya. Uni Tutie sempat membandingkan beberapa jenis beras lalu berhasil menemukan yang cocok untuk nasi instan ini.
“Akhirnya kita berhasil nih, dapet nasi yang tahan lama. Yang memang kalau dimakan itu rasanya masih nasi,” tambah wanita ramah ini. Ia pun kembali beride untuk memberikan rasa enak pada nasi dengan tambahan rasa gurih sehingga dapat dinikmati semua kalangan.
Nasi instan bisa jadi pangan ketika bencana
Nasi instan buatan Uni Tutie bisa jadi solusi pangan darurat ketika bencana. Foto: Andi Annisa DR/detikfood
|
Tak sekadar memikirkan bisnis belaka, Uni Tutie mengatakan inovasi nasi instan ini bisa jadi pangan ketika bencana. Ia mengatakan sudah sepatutnya seseorang memiliki stok makanan darurat untuk cadangan ketika bencana melanda.
Nasi yang merupakan makanan pokok orang Indonesia pun ternyata bisa dibuat versi siap makannya. “Jadi kan harusnya memang ada stok (makanan darurat) gitu loh kira-kira ya. Nah ini tuh, nasi ini tinggal dipotong saja kemasannya (untuk dinikmati),” jelas Uni Tutie.
Tekstur nasi memang agak menggumpal, tapi rasanya layaknya nasi biasa. Uni Tutie bilang nasi instan ini juga bisa dihangatkan kalau mau, menggunakan microwave dengan dibuka sedikit kemasan plastiknya.
Kemasan ini diciptakan Uni Tutie juga sebagai alas sehingga ketika nasi instan dimakan dalam kondisi darurat, bisa tanpa piring. Nasi ini terjaga keamanannya karena diproses dengan sterilisasi panas.
Baca halaman selanjutnya untuk tahu cita rasa nasi instan dan rendang kemasan Uni Tutie.