Jakarta –
Pulau Robben di Afrika Selatan menjadi sebuah simbol perlawanan bagi rakyat Afrika Selatan. Dulu pulau itu kamp pengasingan, kini menjadi destinasi wisata sejarah.
Pulau itu bukan pulau biasa. Pulau Robber menjadi salah satu nafas bagi demokrasi di Afrika Selatan.
Dengan jejak sejarah yang tertinggal di sana, kini Pulau Robben memiliki daya tarik yang unik untuk para traveler. Karena wisatawan yang berkunjung ke sana selain bisa melihat peninggalan-peninggalan masa kelas Afrika Selatan, wisatawan juga akan dipandu oleh manta narapidana.
Apa saja yang membuat Pulau Robben ini menarik untuk dikunjungi oleh wisatawan, berikut beberapa hal-hal menarik yang patut dipertimbangkan untuk dijelajahi.
Berikut tujuh fakta Pulau Robben:
1. Tempat Pengasingan Tokoh Pergerakan Afrika Selatan
Pulau Robben yang letaknya sekitar 11 kilometer dari lepas Pantai Ibu Kota Afrika Selatan, Cape Town. Luasnya kurang lebih 475 hektar, dari abad ke-17 hingga abad ke-20 pulau tersebut digunakan sebagai area pengasingan dan penjara.
Tokoh pergerakan yang pernah mendekam di pulau itu di antaranya Robert Manaliso Sobukwe, mantan Presiden Afrika Selatan, Kgalema Montlanthe hingga Nelson Mandela. Di Pulau Robben, Mandela harus menghabiskan 18 tahun dari 27 tahun masa tahanannya.
2. Pernah Dikuasai oleh VOC
VOC pernah berkuasa dan memanfaatkan potensi pulau tersebut pada 1657, kala itu VOC dipimpin oleh Jan Van Riebeeck yang menjalankan perbudakan di Pulau Robben. Para budak dan tahanan kirim ke pulau ini untuk memecahkan batu hingga kapur sebagai konstruksi pembangunan di Afrika Selatan.
Hingga dikuasi Inggris dan Belanda, Pulau Robben masih tetap menjadi tempat pengasingan. Dalam kekuasaan Inggris, Pulau Robben mulai dilengkapi berbagai fasilitas seperti perkantoran, ruang pertemuan, toko-toko, mercusuar, dan fasilitas umum lainnya.
3. Rumah Sakit Isolasi
Pulau Robben juga kerap berganti fungsi dan sempat ditutup pada 1846. Rumah sakit di Pulau Robben ini bukan rumah sakit seperti biasanya. Karena pasien-pasien yang dibawa ke rumah sakit ini merupakan pasien yang memiliki penyakit menular.
Rumah sakit isolasi di Pulau Robben ini dihuni oleh berbagai pasien, mulai dari pasien-pasien dengan penyakit kronis, kusta, hingga pasien dengan gangguan jiwa. Tetapi rumah sakit isolasi itu hanya berjalan hingga tahun 1921 sampai akhirnya ditutup.
4. Rezim Apertheid
Pada 1936, Pulau Robben digunakan untuk melancarkan kepentingan rezim yang berkuasa kala itu dan di tahun 1959, di mana orang-orang yang menentang rezim akan diasingkan ke pulau ini salah satunya Mandela.
Selama kepemimpinan Rezim Apertheid, penjara Pulau Robben disebut sebagai penjara isolasi paling mengerikan di Afrika Selatan. Hingga pada akhirnya Pulau Robben sebagai tempat pengasingan dan penjara itu ditutup pada tahun 1996.
5. Ditetapkan Sebagai Warisan Dunia UNESCO
Setelah periode kelam di sana, Pulau Robben diubah menjadi sebuah museum untuk mengenang perjuangan dan keberanian para tokoh-tokoh perlawanan saat itu. Di tahun 1999 UNESCO menetapkan Pulau Robben sebagai situs warisan dunia.
6. Jadi Sarana Edukasi
Lepas dari masa kelam masa lalu, Pulau Robbern kini berubah menjadi sebuah destinasi bagi para pecinta masa lalu dan saat ini, Pulau Robben berfungsi sebagai museum dan pusat pendidikan .
Pengunjung dapat melakukan tur untuk memahami sejarah pulau ini dan mengingat perjuangan para tahanan yang pernah ada di sana. Uniknya di dalam tur ke Pulau Robben ini pengunjung akan dipandu oleh para mantan narapidana.
7. Destinasi Wisata Sejarah
Tentunya setelah berubah menjadi museum yang memamerkan reka situasi di masa lalu, Pulau Robben juga menjadi tujuan untuk wisatawan yang senang dengan wisata sejarah. Fasilitas yang semakin baik, mampu menunjang kenyamanan wisatawan saat berkunjung ke sana.
Untuk yang ingin berkunjung ke Pulau Robben, wisatawan cukup membeli tiket dan menaiki kapal feri untuk sampai di sana. Setelah tiba di Pulau Robben, wisatawan akan diajak berkeliling dan salah satu tempat yang wajibnya adalah sel penjara Nelson Mandela.
Pulau Robben bukan hanya sekadar tempat wisata, tetapi juga merupakan lokasi yang penuh makna dan pelajaran. Melalui sejarahnya yang kelam, pulau ini juga sebagai cerminan akan pentingnya kebebasan, hak asasi manusia, dan perjuangan untuk keadilan.
(upd/fem)