Jakarta –
Israel kembali mengepung rumah sakit Al Shifa di Gaza, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat 21 pasien meninggal dunia di tengah serangan baru sejak 18 Maret kemarin.
Ada 107 pasien yang dilaporkan terjebak dalam gedung dengan fasilitas tidak memadai, kekurangan pasokan bahan medis dan mengalami kendala perawatan. Pasien disebut WHO sebetulnya telah dipindahkan beberapa kali dalam kompleks RS sejak Israel kembali mengepung wilayah tersebut.
“Di antara pasien tersebut, terdapat 4 anak-anak dan 28 pasien kritis yang tidak memiliki peralatan perawatan yang diperlukan, tidak ada popok, kantong urine, air untuk membersihkan luka. Banyak yang mengalami luka infeksi dan mengalami dehidrasi,” sorot Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, dalam akun X pribadinya, Senin (1/4/2024).
“Sejak kemarin hanya tersisa satu botol air untuk setiap 15 orang. Penyakit menular menyebar karena kondisi yang sangat tidak sehat dan kekurangan air,” lanjut dia.
Kondisinya diperparah dengan stok makanan yang sangat terbatas, hal ini disebutnya mengancam jiwa pasien terlebih dengan kondisi diabetes. Bantuan ke RS juga kembali sulit berjalan.
“Kami mendesak Israel untuk segera memfasilitasi akses dan koridor kemanusiaan sehingga WHO dan mitranya dapat melakukan pemindahan pasien untuk menyelamatkan nyawa,” desak dia.
“Kami ulangi: setiap momen penting. Gencatan senjata!” serunya.
Jumlah kematian sejak Israel kembali menyerang lebih banyak dilaporkan Kemenkes Gaza, disebutkan 400 orang tewas di RS Al Shifa, termasuk seorang dokter wanita dan putranya.
Menyusul penarikan Israel, WAFA, kantor berita resmi Otoritas Palestina, mengatakan ratusan mayat warga sipil yang terbunuh, berserakan di halaman rumah sakit. Beberapa pasien yang tersisa di rumah sakit tersebut dipindahkan ke Rumah Sakit Al Ahli, yang jaraknya sekitar dua kilometer ke arah tenggara, dari Al Shifa, menurut laporan Reuters.
Lebih dari 6.000 orang berlindung di halaman rumah sakit ketika Israel pertama kali memasuki kompleks tersebut, mereka yang tidak terbunuh atau ditahan melarikan diri pada hari-hari pertama pertempuran.
(naf/naf)