Jakarta –
Inspirasi bisa datang dari mana saja. Seperti tim Mechalvent dari MAN Insan Cendekia Tanah Laut, Kalimantan Selatan yang merupakan juara satu Samsung Innovation Campus (SIC) Batch 5 kategori SMA, SMK, MA, dan sederajat.
Tim Mechalvent yang terdiri dari Aqsha RE Siregar, Azman Zidni Fadhillah, Huda Nur Ihsan Muhammad Akbar, dan Muhammad Fikri Anwari mengaku terinspirasi dari limbah bonggol dan klobot jagung milik petani yang terbuang begitu saja. Mereka terinspirasi untuk menciptakan alat pembangkit listrik bertenaga AI dan biomassa bernama Bioner-S.
Aqsha menjelaskan Bioner-S merupakan alat pembangkit listrik yang bisa terhubung ke ponsel dengan dashboard khusus. Alat ini menjalankan sistem operasi ESP 32 dan dilengkapi dengan layar sentuh untuk memantau kondisi operasionalnya.
“Pengguna dapat memantau beberapa variabel seperti suhu, tekanan, dan status blower melalui dashboard yang terdapat pada web app,” kata Aqsha dalam wawancara dengan pemenang SIC Batch 5 di Jakarta, Rabu (18/9/2024).
Cara kerja Bioner-S dimulai dengan memasukkan air sekitar empat liter ke dalam tangki air, setelah itu masukkan limbah bonggol dan klobot ke tungku pembakaran. Pengguna akan menerima notifikasi di web app ketika tekanan uap sudah mencukupi, setelah itu pengguna bisa membuka katup dan turbin akan memutar generator.
Tim Mechalvent dari MAN Insan Cendekia Tanah Laut, juara pertama SIC Batch 5 Foto: Virgina Maulita Putri/detikINET
|
Pengguna bisa memantau produksi tegangan lewat dashboard yang diotaki AI di web app. AI ini juga bisa memprediksi output listrik melalui input beberapa variabel yaitu suhu air, suhu api, dan tekanan uap. Setelah itu listrik yang diproduksi dapat disimpan di aki.
Saat ini tim Mechalvent mengatakan Bioner-S akan ditawarkan sebagai product-as-a-service (PaaS). Jadi mereka akan mengelola limbah biomassa milik pengguna dan mengoperasikan alatnya secara langsung sehingga pengguna bisa langsung menerima listrik yang dihasilkan.
Sebagai juara pertama SIC Batch 5, tim Mechalvant mendapatkan hadiah berupa produk Samsung senilai Rp 55 juta serta sertifikat resmi dari Samsung Electronics Indonesia dan lembaga internasional. Samsung juga menyediakan pelatihan kesiapan kerja untuk 20 peserta terbaik, namun untuk saat ini tim Mechalvent masih akan fokus ke studinya.
“Baik itu kami akan terpisah atau akan tetap bersama kami tidak akan menyia-nyiakan apa yang telah diberikan oleh Samsung di program SIC Batch 5. Kami akan mengoptimalkan, memaksimalkan semua yang telah diberikan ilmu, pengalaman, wawasan, gagasan ke dalam proses studi kami,” kata Huda.
(vmp/fay)