
Jakarta –
Sungai terpanjang dan paling suci di India, Sungai Gangga, adalah rumah bagi ribuan lumba-lumba. Tetapi kelangsungan hidup mereka terancam.
Mengutip BBC, Rabu (9/4/2025), lumba-lumba ini tidak seperti lumba-lumba yang ditemukan di lautan. Mereka tidak melompat keluar dari air dalam lompatan yang spektakuler, muncul ke permukaan dalam waktu yang lama, atau berenang dalam posisi tegak.
Sebaliknya, mereka berenang menyamping, menghabiskan sebagian besar waktunya di bawah air, memiliki moncong yang panjang, dan hampir sepenuhnya buta.
Ini adalah lumba-lumba Gangetic, spesies lumba-lumba sungai dan hewan akuatik nasional India. Sebagian besar dari mereka ditemukan di sistem sungai Gangga-Brahmaputra di bagian utara negara ini.
Sebuah survei baru menemukan bahwa sungai-sungai di India menjadi rumah bagi sekitar 6.327 lumba-lumba sungai. 6.324 lumba-lumba Gangga dan hanya tiga lumba-lumba Indus.
Mayoritas lumba-lumba Indus ditemukan di Pakistan karena sungai ini mengalir melalui kedua negara Asia Selatan.
Lumba-lumba Sungai India (BBC)
|
Hewan terancam punah
Kedua spesies lumba-lumba ini diklasifikasikan sebagai “terancam punah” oleh Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN).
Para peneliti dari Wildlife Institute of India melakukan survei di 58 sungai di 10 negara bagian antara tahun 2021 dan 2023 untuk menghasilkan penghitungan komprehensif pertama lumba-lumba sungai di India.
Asal-usul lumba-lumba sungai sama menariknya dengan makhluk itu sendiri. Kata para ilmuwan, mereka sering disebut “fosil hidup” karena berevolusi dari nenek moyang laut jutaan tahun yang lalu.
Ketika laut pernah membanjiri daerah dataran rendah di Asia Selatan, lumba-lumba ini pindah ke daratan. Dan ketika air surut, mereka tetap tinggal.
Seiring waktu, mereka beradaptasi dengan sungai-sungai yang keruh dan dangkal, mengembangkan sifat-sifat yang membedakan mereka dari sepupu-sepupu mereka yang tinggal di laut.
Para ahli mengatakan bahwa survei baru ini sangat penting untuk melacak populasi lumba-lumba sungai.
Mati tidak sengaja
Sejak tahun 1980, setidaknya 500 lumba-lumba telah mati. Banyak di antara merea yang secara tidak sengaja terjebak dalam jaring ikan atau dibunuh dengan sengaja.
Konservasionis Ravindra Kumar Sinha mengatakan bahwa hingga awal tahun 2000-an, hanya ada sedikit kesadaran tentang lumba-lumba sungai.
Pada tahun 2009, lumba-lumba sungai Gangetic dinyatakan sebagai hewan akuatik nasional India untuk meningkatkan konservasi. Langkah-langkah seperti rencana aksi tahun 2020 dan pusat penelitian khusus pada tahun 2024 telah membantu menghidupkan kembali jumlahnya.
Namun, para ahli konservasi mengatakan bahwa jalan masih panjang.
Lumba-lumba terus diburu untuk diambil daging dan lemaknya, yang kemudian diekstrak minyaknya untuk digunakan sebagai umpan memancing. Di lain waktu, mereka bertabrakan dengan kapal atau terjerat tali pancing dan mati.
Nachiket Kelkar dari Wildlife Conservation Trust mengatakan kepada majalah Sanctuary Asia bahwa banyak nelayan yang tidak melaporkan kematian lumba-lumba yang tidak disengaja karena khawatir akan masalah hukum.
Di bawah hukum satwa liar India, pembunuhan lumba-lumba yang tidak disengaja atau yang menjadi target dianggap sebagai “perburuan” dan dapat dikenai hukuman berat. Akibatnya, banyak nelayan miskin yang diam-diam membuang bangkai lumba-lumba untuk menghindari denda.
![]() |
Ancaman kapal pesiar sungai
Wisata pesiar sungai, yang telah meningkat di India dalam dekade terakhir, telah semakin mengancam habitat mereka. Puluhan kapal pesiar beroperasi di Sungai Gangga dan Brahmaputra.
“Tidak diragukan lagi bahwa gangguan dari kapal pesiar akan sangat berdampak pada lumba-lumba, yang sensitif terhadap kebisingan,” kata ahli konservasi Ravindra Kumar Sinha.
Ravindra percaya bahwa peningkatan lalu lintas kapal dapat mendorong lumba-lumba Gangetic menuju kepunahan, seperti yang terjadi pada lumba-lumba Baiji di Sungai Yangtze, China.
Lumba-lumba sungai menghadapi ancaman sebagian karena evolusi mereka sendiri. Hampir buta, mereka mengandalkan ekolokasi atau denyut suara bernada tinggi yang memantul dari objek dan kembali sebagai gema untuk menavigasi perairan keruh.
Meskipun sifat ini sesuai dengan habitatnya, sifat ini juga membuat mereka rentan terhadap ancaman modern.
Penglihatan mereka yang buruk dan kecepatan berenang yang lambat membuat lumba-lumba sungai sangat rentan terhadap tabrakan dengan perahu dan rintangan lainnya.
Selain itu, siklus reproduksi mereka yang lambat membuat mereka menjadi dewasa pada usia enam hingga 10 tahun. Si betina biasanya melahirkan hanya satu anak setiap dua hingga tiga tahun.
Namun, Sinha memiliki harapan tentang masa depan lumba-lumba sungai di India.
“Inisiatif pemerintah telah memainkan peran besar dalam menyelamatkan lumba-lumba. Banyak yang telah dilakukan tetapi masih banyak yang harus dilakukan,” katanya.
(msl/fem)