
Jakarta –
Keunggulan fast charging ialah bikin waktu pengisian baterai mobil lebih cepat. Tapi di satu sisi benarkah bikin umur baterai mobil listrik kurang awet?
Umumnya fitur fast charging arus DC tersedia pada stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU). Penggunaan fast charging memang begitu membantu ketika sedang dalam perjalanan jauh.
Danang Wiratmoko, Product Planning Wuling Motor, menjelaskan penggunaan fast charging terlalu sering bisa mempengaruhi umur baterai.
“Apakah mengurangi masa pakai baterai? Iya, dan itu akan terasa signifikan jika kita jadikan itu sebuah kebiasaan. Jika kita memakai fast charging secara terus-terusan itu memang ada risiko untuk penurunan masa pakai atau umur sebuah baterai,” jelas Danang.
Dalam artikel yang dimuat oleh EV Council Australia disebutkan mengisi daya baterai dengan fast charging bisa menghasilkan suhu yang lebih tinggi, hal ini diketahui dapat membebani baterai
Untuk pencegahan, Danang mengatakan setiap pabrikan memiliki teknologi untuk memantau temperatur baterai. Kemudian konsumen diimbau jangan sering-sering menggunakan fast charging.
“Dari sisi produk antara lain temperature regulation, dari masing-masing pabrikan pasti sudah ada sistem yang ditanamkan di pengaturan regulasi temperatur baterai supaya kenaikan suhu bisa seminimal mungkin,” jelas dia.
“Dari sisi pengguna sebenarnya ada habit yang bisa dipakai untuk memperpanjang masa pakai baterai salah satunya adalah dengan tidak menjadikan fast charging sebuah kebiasaan yang dilakukan secara terus-menerus,” ungkapnya lagi.
Wuling menyebut 90 persen konsumennya melakukan pengecasan di rumah. Memang di satu sisi, waktu yang dibutuhkan untuk mengisi baterai lebih lama karena menggunakan arus AC. Namun lebih disarankan menggunakan sistem pengisan AC.
Wuling menyiapkan ekosistem pendukung bagi para konsumennya. Setiap pembelian kendaraan listrik Wuling, konsumen berhak mendapatkan gratis 7kW AC charger, instalasi, serta penambahan daya.
“Itulah kenapa infrastruktur yang berupa home charging jadi suatu campaign yang Wuling lakukan di Indonesia, kita ingin konsumen selain merasa nyaman dan gampang ngecas di rumah itu juga kebiasaan yang buat mobil listrik sebuah kebiasaan normal dan sehat,” kata Danang.
Seperti diketahui umumnya port charger pengisian daya cepat di Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) menggunakan konektor tipe CHAdeMo atau CCS2.
Namun mobil listrik besutan Wuling diketahui menggunakan standar GB/T baik tipe AC maupun DC charging. Saat ini Wuling telah mengoperasikan 7 titik DC Charging yang bisa digunakan secara gratis khusus pengguna kendaraan listrikWuling.
“90 persen konsumen itu sebenarnya mengecasnya di rumah. Tetapi bukan berarti kami tidak punya komitmen untuk public infrastruktur, kita tetap kasih servis, kita menjawab point, sehingga itu tidak menjadi barrier buat konsumen terhadap GB charging itu sendiri. Itu sudah terbukti tidak menjadi barrier buat konsumen yang sekarang sudah memiliki Binguo,” jelas dia.
Simak Video “Wuling Pamerkan Cloud EV di IIMS 2024, Jarak Tempuh Sampai 505 Km“
[Gambas:Video 20detik]
(riar/rgr)