Senin, September 30


Jakarta

Keju punya sejarah panjang dan menarik. Baru-baru ini peneliti mengungkap jejak keju tertua di dunia ada 3.600 tahun lalu, ketika keju dijadikan olesan mumi di kuburan China!

Keju yang banyak dikonsumsi sekarang adalah hasil dari penemuan dan perjalanan yang sangat panjang. Terbaru, peneliti menemukan jejak keju tertua di dunia yang sudah ada sejak ribuan tahun lalu.

Mengutip New York Post (25/9/2024), para peneliti berhasil menarik untaian DNA dari apa yang mereka yakini sebagai keju tertua di dunia. Sampelnya diambil dari kuburan China sekitar tahun 2.000 SM.


Jenisnya merupakan keju kefir, mirip seperti pengganti cream cheese pada era modern saat ini. Uniknya, keju itu dioleskan atau ditaburkan di sekitar kepala dan leher mayat yang diawetkan (mumi) yang berasal dari antara 3.300 hingga 3.600 tahun yang lalu.

Lokasinya di Cekungan Tarim, barat laut China. Hal ini diungkap para peneliti dalam jurnal Cell.

Jejak keju tertua di dunia ditemukan sebagai olesan mumi di China. Foto: New York Post

Awalnya peneliti belum mengetahui pasta zat berwarna putih yang ditemukan pada mumi di pemakaman suku Xiaohe. Namun, baru-baru ini mereka memastikan bahwa zat tersebut adalah keju.

“Makanan seperti keju sangat sulit diawetkan selama ribuan tahun, sehingga temuan ini menjadi sesuatu yang langka dan berharga,” kata peneliti Qiaomei Fu.

Dengan mempelajari keju kuno secara rinci, ia menyebut dapat membantu manusia saat ini untuk lebih memahami pola makan dan budaya nenek moyang.

Keju tersebut ditemukan mengandung DNA susu sapi dan kambing. Keberadaan bakteri jamur yang sesuai dengan biji kefir modern juga ditemukan sehingga memungkinkan peneliti melacak garis keturunannya.

Salah satunya, bakteri Lactobacillus pembuat keju saat ini. Bakteri baik ini diperkirakan berasal dari China dan Rusia.

Foto ini diyakini sebagai potret keju tertua di dunia. Foto: New York Post

Penelitian ini juga mengungkapkan bahwa bakteri tersebut mungkin telah menyebabkan stabilisasi genetika dan peningkatan fermentasi susu dari waktu ke waktu.

“Ini adalah penelitian yang belum pernah terjadi sebelumnya, yang memungkinkan kita mengamati bagaimana bakteri berevolusi selama 3.000 tahun terakhir. Selain itu, dengan meneliti produk susu, kita memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang kehidupan manusia purba dan interaksinya dengan dunia,” kata Fu.

“Ini baru permulaan, dan dengan teknologi ini, kami berharap dapat menjelajahi artefak lain yang sebelumnya tidak diketahui,” tutup Fu.

(adr/odi)

Membagikan
Exit mobile version