Rabu, April 23


Semarang

Jumlah kunjungan wisatawan ke daya tarik wisata (DTW) di Jawa Tengah (DTW) selama momen Lebaran 2025 mengalami penurunan sekitar 8 persen dibandingkan tahun lalu. Pengunjung disebut lebih suka mengunjungi destinasi yang tak memungut biaya tiket masuk.

Hal ini disampaikan Kepala Disporapar Jateng, Agung Haryadi. Ia mengungkapkan, hal ini terlihat dari hasil rekapan kunjungan wisatan ke DTW se-Jateng sejak 23 Maret hingga 6 April 2025.

“Sementara kunjungan wisatawan ke DTW se-Jateng mulai H-7 Lebaran, H1, H2, sampai H+5 Lebaran 2025 yaitu kemarin, jumlah kunjungan wisatawan sebanyak 3,3-3,4 juta orang,” kata Agung saat dihubungi detikJateng, Senin (7/4/2025) malam.


“Menurun kurang lebih 8 persen dibanding periode yang sama pada tahun lalu di 2024,” sambung Agung.

Lebih lanjut Agung menjelaskan, penurunan jumlah wisatawan ini sejalan dengan turunnya jumlah pemudik yang kembali ke Jateng, yang tercatat menurun hingga 19 persen berdasarkan data dari jalur tol, udara, dan laut.

Masyarakat yang mudik pun disebut lebih mengutamakan bersilaturahmi dengan keluarga dan sanak saudara di daerah asalnya daripada ke obyek-obyek wisata.

“Daya tarik wisata paling banyak dikunjungi yaitu Kota Lama Semarang total 224.134 pengunjung, Masjid Sheikh Zayed 186.288 pengunjung, dan Masjid Agung Demak 172.059 pengunjung,” ungkapnya.

Selain tiga destinasi itu, Dieng Banjarnegara, Candi Prambanan, Pantai Menganti Kebumen, Pantai Alam Indah Tegal, Guci Tegal, Pantai Karang Jahe Rembang, dan Waduk Gajah Mungkur Wonogiri masuk dalam 10 destinasi paling banyak dikunjungi.

Tren berkunjung ke destinasi wisata gratis

Agung mengatakan, tren tahun ini, masyarakat lebih memilih mendatangi DTW yang tidak memungut biaya tiket masuk alias gratis.

“Lokasi kunjungan masyarakat banyak dilakukan di pusat perbelanjaan, pusat kuliner dan ruang terbuka publik non-ticketing,” paparnya.

Meskipun Disporapar telah melakukan berbagai upaya untuk menyambut wisatawan, seperti promosi melalui program Visit Jateng, perbaikan akses jalan, hingga pemasangan CCTV di titik-titik rawan kepadatan, kondisi lapangan tetap menunjukkan tren penurunan. Hal ini diduga karena daya beli masyarakat yang turun.

“Sudah kami blow-up promosi jauh-jauh hari, jalur alternatif disiapkan, tarif juga tidak naik. Kayaknya ini memang karena daya beli (masyarakat) turun, itu juga mungkin berpengaruh,” jelasnya.

Agung membantah ada penurunan wisatawan dan alasan wisatawan lebih memilih mendatangi tempat wisata gratis ini dikarenakan adanya efisiensi dari pemerintah.

“Efisiensi saya kira tidak pengaruh, dia gaji masih terima, tidak ada pemotongan, mungkin mereka agak mengetatkan melihat kondisi seperti ini,” ungkapnya.

Menurutnya, momen Lebaran 2025 berdekatan dengan dua periode peak season lainnya, yakni Tahun Baru dan libur sekolah, sehingga sebagian masyarakat memilih menahan pengeluaran untuk wisata.

“Ini signifikan dengan penurunan mudik yang tidak crowded banget. Jadi pemudik benar-benar pulang kampung, agak mengerem pengeluaran untuk wisata, mungkin karena habis Nataru dari direm. Peak season itu tahun baru, Lebaran, libur sekolah, berdekatan,” tuturnya.

Meski begitu, Agung menilai wisata gratis tetap memberikan dampak positif, terutama terhadap UMKM kuliner yang tetap ramai dikunjungi.

“Kami berharap dalam beberapa hari ke depan akan ada peningkatan kunjungan. Tapi tren saat ini menunjukkan masyarakat lebih hemat dan selektif dalam berwisata,” tutup Agung.

Artikel ini telah tayang di detikjateng

(sym/sym)

Membagikan
Exit mobile version