Kamis, November 14


Goa

Pariwisata di Goa, dulunya merupakan surga pantai di India. Tapi sekarang, wilayah itu tengah menghadapi penurunan pariwisata yang signifikan.

Banyak pelaku industri dan wisatawan mencatat penurunan tajam jumlah pengunjung asing di sana. Penurunan itu menimbulkan kekhawatiran bahwa Goa mungkin kehilangan daya tariknya akibat persaingan yang semakin ketat dari destinasi wisata lain di Asia Tenggara yang lebih terjangkau dan berkembang pesat.

Mengutip Business Today, Sabtu (9/11/2024) seorang pengusaha bernama Ramanuj Mukherjee baru-baru ini menyuarakan keprihatinannya melalui media sosial mengenai penurunan jumlah wisatawan asing yang cukup mengkhawatirkan.


Ia membandingkan data kunjungan wisatawan dari tahun 2019 hingga 2023 dan menyatakan bahwa turis yang biasa di dominasi dari Inggris dan Rusia mulai berpaling ke negara tetangga.

“Wisatawan asing kini mulai meninggalkan Goa. Warga Rusia dan Inggris yang biasanya datang setiap tahun kini beralih ke Sri Lanka,” ujarnya.

Mukherjee juga menambahkan bahwa meskipun wisatawan domestik masih mengunjungi Goa, mereka mulai mempertimbangkan kembali tujuan wisata mereka karena harga yang semakin tinggi dan adanya dugaan eksploitasi terhadap wisatawan.

Data yang dibagikan oleh Mukherjee menggambarkan situasi yang memprihatinkan, ia menerangkan pada tahun 2019, Goa menerima 8 juta wisatawan domestik dan 8,5 juta wisatawan asing. Namun, pada tahun 2023, jumlah wisatawan domestik tetap stabil di angka 8 juta, sementara jumlah wisatawan asing turun drastis menjadi hanya 1,5 juta.

Data tersebut merupakan sebuah penurunan tajam yang menimbulkan pertanyaan tentang kebijakan perhotelan dan infrastruktur di negara bagian tersebut.

Seorang investor dan pembicara TEDx, Suraj Balakrishnan, turut mengungkapkan kekhawatirannya terkait penurunan tersebut dan menilai sebagai sebuah peringatan bagi otorotas di sana agar lebih bisa meningkatkan promosi untuk menggaet kembali perhatian wisatwan ke Goa.

“Peringatan yang sangat dibutuhkan bagi sektor pariwisata Goa dan India secara keseluruhan. Tidak mungkin terus mengenakan harga yang tinggi untuk pengalaman yang biasa-biasa saja dan mengharapkan wisatawan tetap datang,” kata Balakrishnan.

Banyak wisatawan kini mulai melirik pilihan yang lebih terjangkau di Asia Tenggara, di mana negara-negara seperti Thailand dan Vietnam menawarkan pantai-pantai indah, infrastruktur yang baik, dan pengalaman wisata yang lebih menyeluruh dengan biaya yang lebih rendah.

Pengguna media sosial bernama Naveen Varshneya, juga ikut berkomentar bahwa ketika negara-negara Asia Tenggara melonggarkan aturan visa dan gencar mempromosikan pariwisata. India khususnya Goa masih bertahan dengan harga akomodasi yang sama tanpa ada perubahan.

“Semua destinasi wisata India (kecuali wisata kuil) akan menghadapi kenyataan yang pahit. Jika sektor pariwisata India gagal mengatasi masalah seperti tingginya biaya dan kualitas yang tidak konsisten, destinasi wisata di India bisa menjadi kurang diminati,” tulisnya.

“Goa memiliki infrastruktur yang sangat buruk dibandingkan dengan destinasi pantai internasional lainnya yang pernah saya kunjungi,” tulis komentar lainnya.

Sebagai perbandingan, netizen mencatat bahwa Phuket di Thailand menawarkan fasilitas yang lebih baik dengan harga yang jauh lebih murah. Pada bulan Desember 2023 Goa kehilangan daya saingnya terhadap destinasi di Asia Tenggara karena biaya yang semakin meningkat. Seorang manajer keuangan, Vijay Mehta, menyebut lebih murah bepergian ke Phuket, Thailand daripada ke Goa.

“Lebih murah pergi ke Hanoi daripada ke Goa. Vietnam kini menjadi Thailand baru dengan pilihan tur massal yang terjangkau, penerbangan langsung, dan nilai uang yang lebih baik,” ungkapnya.

Mehta juga menyoroti bahwa harga real estate yang tinggi di India menyebabkan tarif hotel di Goa melonjak, menjadikan destinasi seperti Bali dan Hanoi lebih menarik dan terjangkau bagi wisatawan.

(upd/wsw)

Membagikan
Exit mobile version