Selasa, Oktober 1


Jakarta

Arkeolog menemukan wine berusia 20 abad yang mengandung abu kremasi manusia di Spanyol. Wine yang ditemukan di dalam guci berisi anggur putih itu memiliki kandungan abu kremasi manusia pria Spanyol yang dipercaya sebagai ritual untuk membantunya dalam perjalanan menuju akhirat.

Dikutip dari Science Daily, guci berisi wine itu pertama kali diambil pada tahun 2019 ketika pekerjaan penggalian di kota Carmona mengungkap sebuah mausoleum Romawi bawah tanah yang diperkirakan dibangun untuk keluarga kaya setempat. Di dalam ruangan tersebut, para peneliti menemukan enam guci berisi abu, masing-masing milik orang yang berbeda.

Guci yang ditemukan juga berisi tulang manusia yang dikremasi dan cincin emas berhiaskan Janus berkepala dua. Ada juga kaki logam dari tempat tidur tempat jenazah dikremasi.


“Awalnya kami sangat terkejut karena ada cairan yang terawetkan di salah satu guci pemakaman,” jelas arkeolog kota Carmona, Juan Manuel Román.

Berdasarkan kondisi pengawetan yang sangat baik di dalam makam bawah tanah dan fakta bahwa semua guci lainnya tetap kering, para peneliti segera mengesampingkan kebocoran sebagai penyebab adanya cairan di guci tersebut.

Untuk mendapatkan kejelasan, peneliti mempelajari pH-nya, tidak adanya bahan organik, garam mineral, adanya senyawa kimia tertentu yang mungkin berhubungan dengan kaca guci, atau tulang-tulang orang yang meninggal; dan membandingkannya dengan anggur Montilla-Moriles, Jerez, dan Sanlúcar saat ini. Berkat semua ini, mereka mendapatkan bukti pertama bahwa cairan itu sebenarnya adalah anggur.

“Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini sangat menunjukkan bahwa cairan kemerahan di dalam guci abu tersebut awalnya adalah anggur yang akhirnya membusuk seiring berjalannya waktu, dan usianya sekitar 2000 tahun dan karena itu merupakan anggur tertua yang ditemukan hingga saat ini,” beber peneliti.

Anggur, serta cincin, parfum, dan elemen lainnya merupakan bagian dari pakaian penguburan yang akan menemani jasad dalam perjalanan mereka menuju akhirat. Di Roma kuno, seperti halnya di masyarakat lain, kematian memiliki arti khusus dan orang-orang ingin dikenang agar tetap hidup.

(kna/kna)

Membagikan
Exit mobile version