
Jakarta –
Greenland baru-baru ini dinobatkan sebagai salah satu tempat terbaik yang harus dikunjungi pada tahun 2025 versi Travel+Leisure.
Dikutip dari Express, Senin (7/4/2025) negara yang menjadi bagian dari Kerajaan Denmark itu sempat menjadi sorotan setelah Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menyatakan keinginannya untuk mengalihkan kendali Greenland ke Amerika Serikat.
Terletak di Samudra Atlantik Utara, di timur laut Kanada dan barat laut Islandia, Greenland sudah berada di bawah kendali Denmark selama hampir 300 tahun. Meskipun ada ketegangan politik yang melibatkan Greenland, tempat tersebut tetap terpilih sebagai salah satu destinasi wisata utama pada tahun 2025.
Dengan populasi hanya sekitar 56.000 orang, Greenland menawarkan keindahan alam yang luar biasa dan pemandangan yang tak tertandingi. Travel + Leisure, publikasi perjalanan ternama, baru-baru ini memasukkan Greenland dalam daftar destinasi utama yang wajib dikunjungi pada tahun 2025.
Pada tahun 2023, jumlah kunjungan internasional ke pulau Arktik ini mencapai angka tertinggi sepanjang masa, sebagian besar berkat kedatangan kapal pesiar. Travel + Leisure melaporkan bahwa kedatangan kapal pesiar ke Greenland meningkat hingga 74% pada tahun 2023 dibandingkan tahun sebelumnya, sementara total kedatangan pengunjung meningkat lebih dari 30%.
Greenland menawarkan banyak tempat wisata yang memukau seperti Ilulissat Icefjord, gletser besar yang bergerak cepat dan memukau. Banyak wisatawan yang menyebutnya luar biasa. Selain itu, ada juga Museum dan Arsip Nasional Greenland, Nuuk Water Taxi, dan World of Greenland Tours.
Di tengah ketegangan politik antara Amerika Serikat dan Denmark, Greenland tetap menjadi perhatian. Wakil Presiden Amerika Serikat, JD Vance, baru-baru ini mengunjungi Greenland dan menyoroti pentingnya kawasan ini secara strategis, mengingat semakin tingginya minat dari negara-negara seperti Rusia dan China.
Namun, Perdana Menteri Denmark, Mette Frederiksen, memberikan peringatan tegas bahwa tak akan ada pengambilalihan wilayah, dalihnya semua demi ketertataan dunia.
“tidak ada yang bisa mengambil alih negara lain, bahkan dengan alasan keamanan internasional. Ini soal tatanan dunia yang telah kita bangun bersama di seberang Atlantik selama beberapa generasi,” tegasnya.
(upd/fem)