Minggu, November 24


Jakarta

Produsen panduan perjalanan Fodor’s merilis beberapa destinasi yang harus dipertimbangkan atau bahkan dihindari pada 2025. Nahasnya, Bali termasuk dalam daftar tersebut.

Setiap tahun Fodor’s membuat Fodor’s No List yang bertujuan menyoroti destinasi yang popularitasnya menurun drastis. Destinasi yang masuk dalam daftar awalnya adalah destinasi yang populer karena tempat yang menakjubkan, menarik, hingga penting secara budaya. Namun, beberapa spot itu mulai runtuh karena popularitasnya sendiri.

Beberapa faktor kunci dari penilaian tersebut adalah kecenderungan pemerintah untuk memprioritaskan pengalaman pengunjung alih-alih kesejahteraan penduduk lokal. Hal itu dianggap membuat perubahan yang tidak dapat dipulihkan dan menjadikannya mahal, homogen, atau bahkan hancur.


Selain itu, kepadatan turis, jalan kota yang padat penduduk, hingga alam yang tercemari sampah pun turut menjadi penilaian. Namun begitu, Fodor’s mengeklaim mereka tidak menganjurkan pemboikotan destinasi tersebut karena merugikan ekonomi lokal dan akan gagal membawa perubahan yang berarti.

Alih-alih demikian, mereka mendorong agar semua pihak mesti menyadari masalah itu. Imbauan itu dilakukan agar destinasi tersebut dapat lebih berkelanjutan.

“Daftar No berfungsi untuk menyoroti destinasi-destinasi di mana pariwisata memberikan tekanan yang tidak berkelanjutan terhadap tanah dan masyarakat setempat. Dan tekanan-tekanan ini perlu diatasi. Dengan begitu, destinasi favorit dunia bisa tetap seperti itu untuk generasi berikutnya,” tulis Fodor’s dalam situs webnya.

Pada daftar No List tahun ini, sayangnya Bali berada di urutan pertama. Mereka berujar bahwa Bali telah bangkit dengan cepat selepas pandemi. Namun, lonjakan tersebut turut menambahkan dampak lingkungan ke Pulau Dewata yang membuat banyaknya sampah tak terkelola.

Mengutip laman tersebut, koalisi akademisi dan LSM Bali Partnership memperkirakan Bali menghasilkan 1,6 juta ton sampah setiap tahunnya. Sampah itu terdiri dari sampah plastik yang mencapai hampir 303 ribu ton. Kendati sangat besar, hanya 48 persen sampah yang diprediksi terkelola secara bertanggung jawab, serta hanya 7 persen sampah plastik didaur ulang.
Hal itu membuat 33 ribu ton plastik masuk ke sungai, pantai, dan lingkungan laut Bali setiap tahun dan mengancam ekosistem secara serius.

“Overtourism mempengaruhi inti dari kehidupan masyarakat Bali,” ujar pakar wisata berkelanjutan Kristin Winkaffe.

“Tanpa perubahan, kita mempertaruhkan lebih dari sekadar pemandangan yang indah-kita berisiko kehilangan identitas budaya itu sendiri,” tambahnya.

Selain Bali, destinasi populer lain pun juga masuk dalam daftar. Misalnya Gunung Everest di Nepal, beberapa kota di Spanyol seperti Barcelona dan Kepulauan Canary, hingga Koh Samui di Thailand.

Berikut ini daftar lengkap “No List” Fodor’s 2025:

Daftar jangan pergi:

1. Bali, Indonesia
2. Kota di Eropa dengan penduduk lokal yang menolak turis (Barcelona, Mallorca, Venesia, Pulau Canary, Lisbon)
3. Koh Samui, Thailand
4. Gunung Everest, Nepal

Destinasi yang mulai terdampak:

1. Agrigento, Sisilia, Italia
2. British Virgin Islands
3. Kerala, India
4. Kyoto dan Tokyo, Jepang
5. Oaxaca, Meksiko
6. Pantai Utara Skotlandia 500

Lihat juga Video ‘Sensasi Seru Waterslide Lemukih, Bali’:

[Gambas:Video 20detik]

(wkn/fem)

Membagikan
Exit mobile version