Minggu, Maret 9


Batang

Viral di media sosial, video yang memperlihatkan seorang wanita Warga Negara Indonesia (WNI) tinggal sendirian di hutan Malaysia selama 19 tahun lamanya.

Video itu diunggah di akun TikTok @bansos.pmi.omtris dan di Instagram oleh akun @batanginfo.id. Video itu diunggah Rabu (5/3/2025) kemarin dan menuai banyak respons dari netizen.

Saat ditanya oleh si perekam video, wanita paruh baya itu mengaku bernama Sakina Angreini asal Desa Candirejo, Kecamatan Bawang, Kabupaten Batang.


Barangkali ada yang mengenali lhur

Saat diwawancarai, beliau mengaku orang desa Candirejo Kecamatan Bawang Kabupaten Batang RT 05 RW 06.


nama aslinya Ribut. Sekarang berada di hutan Malaysia.

Menurut berbagai sumber, beliau kerja ke malaysia sejak 2006 dan sampai sekarang belum ada kabar.

Bagi keluarga atau tetangga yang mengenali bisa menghubungi akun tiktoknya @ bansos.pmi.omtris,” tulis keterangan di unggahan akun @batanginfo.id.

Salah seorang warga Desa Candirejo, Kecamatan Bawang, Agus Khafif, membenarkan wanita dalam video viral itu tetangga satu desa dengannya.

“Ya, yang video viral itu masih satu desa dengan saya. Sudah lama tidak ada kabarnya,” kata Agus saat dihubungi, Kamis (6/3/2025).

“Kabar terakhir tahun 2006 menjadi TKW (tenaga kerja wanita) di Malaysia, tapi sampai sekarang belum pernah pulang. Ada kakak kandungnya di sini, masih ada, namanya Pak Tamat,” sambung dia.

Camat Bawang, Suratno, juga membenarkan jika wanita dalam video viral itu merupakan warga Desa Candirejo, Kecamatan Bawang.

“Iya benar, itu warga Candirejo,” kata Suratno melalui pesan singkat.

Kronologi Hilangnya Ribut

Setelah ditelusuri, ternyata wanita tersebut benar bernama Ribut Uripah (56). Dia merupakan warga Desa Candirejo, Kecamatan Bawang. Pihak keluarga menyebut wanita itu telah hilang selama belasan tahun. Mereka senang bercampur sedih mengetahui video Ribut tersebut.

Kakak tertua Ribut Tamat (75) dan istrinya, Misni (60) mengaku senang adiknya yang hilang selama belasan tahun akhirnya ditemukan dalam kondisi sehat. Namun dirinya juga sedih mengetahui adik bungsunya itu hidup sendirian di hutan.

“Senang jelas senang melihat itu. Sedih juga, kenapa hidup di hutan sendirian. Bahkan, karena mendengar kabar hidup sendiri di hutan itu, saya dan suami saya, tidak bisa tidur nyenyak,” kata Misni ditemui di rumahnya, Kamis (6/3/2025).

Misni menceritakan Ribut berangkat menjadi TKW di Malaysia sejak tahun 2006. Saat itu Ribut pamit hendak bekerja sebagai asisten rumah tangga.

“Berangkat menjadi pembantu rumah tangga ke Malaysia tahun 2006. Adik saya sudah punya anak satu, saat itu berumur 4 tahun, masih ada suaminya,” katanya.

Awalnya Ribut disebut kerap mengirim kabar bahkan menitipkan uang untuk anaknya sekolah. Namun hal itu hanya terjadi sampai setahun pertamanya berada di Malaysia.

Usai tahun pertama di Malaysia, Ribut tak lagi mengirim kabar. Pihak keluarga pun disebut sudah berupaya mencari Ribu ke penyalur hingga ke orang pintar.

“Kami bingung, mau usaha apalagi. Makanya kita berdoa terbaik. Tiap Kamis-Jumat kita kirim berdoa. Kami kira sudah tidak ada,” tambah Misni.

Misni menyebut Ribut sudah hilang sekitar 19 tahun. Bahkan, anaknya yang dulu ditinggal saat usia 4 tahun kini sudah berkuliah.

“Sudah lama ya, 19 tahun atau 20 tahun. Wong anaknya saat ini sudah kuliah di Semarang,” katanya.

Akhirnya Dibujuk Pulang

Mantan Bupati Batang Yoyok Riyo Sudibyo bercerita Ribut Uripah akhirnya mau diajak pulang usai dirayu melalui panggilan video. Ia merayu dengan menggunakan bahasa dan dialek ala khas Bawang.

“Saya rayu dengan bahasa dialek Bawang, biar beliaunya juga ingat. Sampean nengkono kenapa njulah. Bali bae nju saiki. Neng Bawang wis ana sepur. (Kamu disitu ngapain, mbakyu. Pulang yuk sekarang. Di bawang sudah ada kereta),” rayu Yoyok.

Dengan pendekatan seperti itu, akhirnya Ribut Uripah, mulai membuka komunikasi. Bahkan, ia yang sebelumnya tidak mau untuk dievakuasi ke tempat penampungan di KBRI, akhirnya lunak, dengan rayuan Yoyok.

“Alhamdulilah, setelah melalui pendekatan, berkah Ramadhan, mau diajak komunikasi, sudah mau dievakuasi ke penampungan KBRI,” katanya.

——-

Artikel ini telah naik di detikJateng.

(wsw/wsw)

Membagikan
Exit mobile version