Selasa, Juni 25


Jakarta

Viral seorang wanita di Surabaya mengaku diteror dan dilecehkan oleh teman SMP selama 10 tahun. Awal mula kasus tersebut terjadi karena pelaku salah mengartikan kebaikan korban. Tak tahan dengan teror tersebut, korban akhirnya melaporkan kasus tersebut ke polisi.

“Saya mengalami pelecehan dan peneroran lebih dari 10 tahun oleh teman saya SMP. Awalnya saya niat baik dan saya ekstrovert, tapi dia introvert sekali. Ternyata kebaikan saya disalahartikan oleh dia dan dikira saya suka sama dia,” kata korban di Polda Jatim dikutip dari detikJatim.

Ia menerangkan, berbagai bentuk teror telah dialaminya sejak 2014. Tepatnya, ketika duduk di bangku kelas 2 SMA sampai 2024. Pria tersebut mengganggu korban dengan berbagai cara mulai dari membuat akun media sosial untuk meneror sampai pelecehan secara verbal.


Belum diketahui secara pasti motif pelaku karena masih didalami oleh pihak kepolisian. Namun jika seseorang terlalu terobsesi dengan orang lain, bisa saja dia memiliki kecenderungan obsessive love disorder.

Gangguan cinta obsesif atau obsessive love disorder ini mengacu pada rasa terobsesi dengan seseorang yang dirasa dicintai. Hal ini bisa disebabkan oleh berbagai alasan, mulai dari masalah kesehatan mental hingga gangguan delusi.

Dikutip dari Medical News Today, seseorang dengan cinta obsesif mungkin memiliki masalah dalam mengatur emosinya dan berperilaku sesuai. Gejala lainnya bisa berupa rendahnya harga diri, ketertarikan berlebihan pada orang tertentu, atau pikiran posesif.

“Ada banyak faktor yang dapat menyebabkan cinta obsesif, termasuk gangguan delusi dan masalah kesehatan mental,” tulis laman tersebut.

Salah satu masalah mental yang bisa memicu obsesi cinta yakni erotomania, atau sindrom de Clérambault. Ini adalah suatu kondisi kejiwaan di mana seseorang memiliki keyakinan delusi bahwa orang lain mencintainya, biasanya seseorang yang berstatus lebih tinggi.

Ada bentuk erotomania primer dan sekunder. Pada erotomania primer, tidak ada kondisi kesehatan lain yang menyebabkan erotomania, dan delusi erotis adalah satu-satunya gejala.

Erotomania sekunder mungkin berhubungan dengan kondisi kejiwaan lain, seperti skizofrenia atau gangguan depresi mayor. Erotomania juga dapat dikaitkan dengan trauma kepala, kehamilan, penyalahgunaan alkohol, atau obat-obatan tertentu seperti amfetamin.

Sebuah studi kasus pada tahun 2017 menunjukkan bahwa media sosial dapat memperburuk erotomania. Hal ini karena hal ini memungkinkan orang dengan kecenderungan obsesif untuk mengamati orang lain dari jarak jauh dan merasa lebih dekat dengan mereka daripada yang mungkin mereka rasakan.

Simak Video “Wajib Tahu Hal Ini Biar Nggak Kena Mental saat Main Medsos!
[Gambas:Video 20detik]
(kna/kna)

Membagikan
Exit mobile version