Sabtu, Oktober 19


Gunungkidul

Ditemukan gua di Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) kawasan Planjan, Kapanewon Saptosari, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Dinas Lingkungan Hidup (DLH) menuturkan gua itu merupakan fenomena alam di Gunungkidul.

“Guo neng JJLS Planjan Saptosari,” sebut postingan akun Instagram @ceritagunungkidul, dikutip detikJogja pada Rabu (16/10/2024).

Masuk Gua Harus Merangkak

Salah satu warga Planjan, Warijan, mengungkapkan gua itu ditemukan pekerja proyek pembangunan JJLS pada Selasa (15/10) pukul 21.30. Warijan juga mengaku sempat melongok isi gua tersebut.


“Gua itu ditemukan malam tadi, dan saya juga sempat masuk. Untuk masuk harus merangkak karena mulut gua sempit,” kata dia kepada wartawan, Rabu (16/10/2024).

Warijan mengaku dia harus membawa senter karena kondisi di dalam gua gelap gulita. Dia mengatakan dalamnya cukup luas.

“Setelah masuk ternyata di dalamnya lumayan luas, dengan ketinggian gua sekitar lima meter. Di dalamnya itu banyak stalaktit dan stalagmit dan masih meneteskan air,” ucap dia.

Akan tetapi Warijan hanya sebentar saja melihat dalam gua tersebut, lalu dia segera keluar. Dia bilang hari ini mulut gua tersebut sudah tertutup.

“Pagi tadi informasinya gua itu sudah ditutup sama pekerja proyek menggunakan tumpukan batu. Pakai ekskavator tadi yang menguruk,” ujarnya.

Pintu masuk gua yang ditemukan pekerja JJLS di Planjan, Saptosari, Gunungkidul, saat ini sudah ditutup batu kapur, Rabu (16/10/2024). (Pradito Rida Pertana/detikJogja)

Alasan Pemkab Gunungkidul Tutup Gua

Kepala DLH Gunungkidul, Hary Sukmono, menjabarkan alasan mereka memutuskan menutup gua.

“Kami setelah koordinasi dengan beberapa pihak, dan arahan dari pimpinan maka kami lakukan koordinasi dengan pelaksana pembangunan jalan untuk ditutup,” tuturnya.

Hary menjelaskan jika kabar gua itu makin viral, maka nantinya semakin banyak orang yang penasaran dan berusaha memasukinya. Di sisi lain, pemkab belum bisa memastikan guanya laik dikunjungi.

“Karena kita mengantisipasi kelaikan gua jika ada orang yang berkunjung. Karena itu berisiko rentan jika terjadi runtuh dan sebagainya,” ujarnya.

“Selain itu, kami juga mengantisipasi bagian dari menyelamatkan fenomena alam itu, mengantisipasi vandalisme orang masuk ke gua dan merusak fenomena geologi itu,” lanjut Hary.

Bakal Berkoordinasi dengan UGM

Hary melanjutkan, sekitar 50 persen wilayah di Gunungkidul merupakan karst. “Jadi penemuan gua di Gunungkidul itu hal yang biasa. Karena data kami tahun 2015 tercatat ada 770 gua dan song di Kabupaten Gunungkidul,” bebernya.

Hary menerangkan, banyaknya gua di Gunungkidul karena di kawasan karst tepatnya di dalam perut bumi memiliki lorong-lorong sungai bawah tanah. Dia menyebut fenomena alam itu berhubungan dengan geologi.

“Maka bisa disampaikan agar kita semua memahami kondisi tentang alam karst yang ada di Gunungkidul. Sungai bawah tanah dan lorong di bawah tanah itu merupakan fenomena, anugerah, yang harus kita pertahankan dan kita jaga,” katanya.

Lebih lanjut, Hary berujar bakal berkoordinasi dengan ahli dari Universitas Gadjah Mada (UGM) untuk mengkaji gua yang ditemukan di Planjan.

“Untuk kelanjutannya, kami sudah koordinasi dengan Fakultas Geografi UGM, khususnya dengan Prof. Eko Haryono, seorang ahli karst. Nah, nanti kita kaji lebih dalam lagi seperti apa kelanjutan dari kondisi yang ada di lapangan,” ucapnya.

_________________________

Artikel ini telah tayang di detikJogja

(wkn/wkn)

Membagikan
Exit mobile version