Rabu, Oktober 16


Jakarta

Produsen pesawat asal Amerika Serikat, Boeing, berencana untuk meminjam sekitar US$ 10 miliar atau Rp 155,41 triliun (kurs Rp 15.541/dolar AS) dari berbagai bank besar. Pinjaman ini diajukan Boeing saat perusahaan sudah memiliki utang jangka panjang hingga ratusan triliun rupiah.

Melansir dari CNN, Rabu (16/10/2024), perusahaan memutuskan untuk mengajukan utang imbas berbagai krisis yang dialaminya, mulai dari penurunan pesanan pesawat imbas berbagai kecelakaan yang pernah terjadi sebelumnya, hingga mangkraknya produksi pesawat imbas aksi mogok kerja karyawan.

Perihal pengajuan utang ke berbagai bank ini terungkap dalam sebuah pengajuan pinjaman yang disampaikan pada Selasa (15/10) pagi waktu setempat. Pengajuan pinjaman tersebut merupakan bagian dari rencana perusahaan untuk mengumpulkan dana tunai sebesar US$ 25 miliar atau Rp 388,52 triliun.


Selain dari pinjaman, Boeing berencana untuk mendapatkan pendanaan dari hasil penjualan saham mereka. Namun pengajuan pinjaman dan penjualan saham ini dirasa tidak akan mudah, mengingat kredit skor perusahaan yang kian buruk dari hari ke hari menuju level terendah.

Sebagai informasi, jumlah utang Boeing saat ini sudah melonjak dalam enam tahun terakhir karena mengalami kerugian operasional inti lebih dari US$ 33 miliar atau Rp 512,85 triliun.

Dalam hal ini utang jangka panjang Boeing tercatat sudah berada di angka US$ 53 miliar (Rp 823,67 triliun) pada akhir Juni 2024, dari sebelumnya US$ 10,7 miliar pada akhir Maret 2019 lalu. Membuat tingkat kredibilitas perusahaan untuk membayar utang-utangnya semakin tidak dipercaya.

Sementara untuk penghentian atau mangkraknya produksi pesawat komersial perusahaan terjadi akibat pemogokan yang sudah terjadi selama sebulan oleh 33.000 anggota serikat International Association of Machinists (IAM).

“Terlepas dari semua masalahnya, Boeing dapat meminjam uang dari konsorsium bank dan kemungkinan dapat menjual saham dan obligasi yang dibutuhkan mereka di Wall Street karena posisi pasar yang unik,” tulis CNN dalam laporannya.

“Boeing dan pesaingnya dari Eropa, Airbus, pada dasarnya adalah satu-satunya perusahaan yang membuat jet ukuran besar yang dibutuhkan industri penerbangan global. Posisinya sebagai bagian dari duopoli pada dasarnya memastikan kelangsungan hidup perusahaan,” jelas laporan itu lagi.

Simak: Absennya Boeing saat Konferensi Pers Kembalinya Starliner ke Bumi

[Gambas:Video 20detik]

(fdl/fdl)

Membagikan
Exit mobile version