
Jakarta –
Presiden Amerika Serikat Donald Trump menghentikan seluruh program Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) beberapa waktu lalu. Hal ini karena Trump menganggap USAID menghabiskan anggaran negara melalui program-program mereka.
Imbas dari keputusan ini juga berdampak ke banyak negara terkait pasokan medis dan obat-obatan yang sebelumnya disokong USAID. Lalu, apakah Indonesia termasuk negara yang terdampak akan hal itu, khususnya dalam pengentasan kasus tuberkulosis (TBC)?
Menjawab hal ini, Ketua Tim Kerja Tuberkulosis Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes, Tiffany Tiara Pakasi menegaskan bahwa tidak ada dampak signifikan dari dihentikannya program USAID pada penanganan kasus TB di Indonesia.
“Saya bisa jawab ini tidak berdampak. Karena apa? pertama pelayanan tuberkulosis itu memang sudah terintegrasi ke dalam pelayanan kesehatan di faskes kita secara nasional,” kata Tiara dalam temu media daring Hari Tuberkulosis Sedunia, Senin (24/3/2025).
“Dan untuk obat-obatan itu sebagian besar disediakan oleh APBN. Ada juga beberapa daerah yang mampu untuk non-obat mereka bisa menyiapkan,” sambungnya.
Tiara melanjutkan bahwa Indonesia juga mendapatkan bantuan dari luar negeri yakni The Global Fund untuk akses obat TB resisten yang memang belum ada di Tanah Air.
Menurut Tiara, dampak yang bisa dirasakan Indonesia terkait berhentinya program USAID yakni terkait sumber daya manusia (SDM) serta dukungan inovasi pengobatan.
“Jadi yang pertama kali terhambat adalah beberapa upaya inovasi. Mungkin sambil kami mencari peluang sumber pembiayaan yang lain. Saat ini memang inovasi tersebut belum bisa dilaksanakan,” tutupnya.
(dpy/kna)