Jakarta –
Pusat perlindungan gajah di Thailand disorort setelah kematian turis Spanyol. Stempel wisata konservasi itu dituding sebagai tempat penghasil uang yang sadis.
Blanca Ojanguren García (22), mahasiswa hukum di Universitas Navarra, meninggal pekan lalu di Koh Yao Elephant Care. Dia diserang oleh gajah betina bernama Phang Samboon (45).
Garcia tewas di depan mata sang pacar. Ada sekitar 18 orang di suaka tersebut, tak ada korban lain selain Garcia.
Duncan McNair, CEO lembaga amal Save the Asian Elephants yang berpusat di London, berbicara dengan Fox News Digital tentang tragedi tersebut. Dia memperingatkan bahwa wisatawan harus berpikir dua kali sebelum mengunjungi pusat konservasi gajah itu.
“Sebagian besar tempat perlindungan di Thailand, Sri Lanka, India, Vietnam, dan Kamboja tidak etis. Mereka brutal dan mereka melakukan semuanya demi uang,” kata McNair, dikutip dari New York Post pada Selasa (14/1/2025).
Masih belum diketahui mengapa gajah itu menyerang García atau bagaimana pawang tempat perlindungan itu memperlakukan si gajah. McNair mengatakan meskipun mungkin gajah itu tidak menyadari kekuatannya, kemungkinan besar ia menyerang kondisi tempat ia dikurung.
“Belalai adalah organ yang memiliki banyak fungsi. Gajah tidak sembarangan mencambuk atau mengayunkan belalainya. Sangat tidak mungkin itu adalah kecelakaan,” kata dia.
“Jadi mengapa itu terjadi? Ya, tentu saja, karena gajah, yang seperti kebanyakan gajah di penangkaran untuk eksploitasi komersial, dipelihara dalam kondisi yang sama sekali tidak alami, dalam tekanan yang ekstrem,” dia menambahkan.
Ia menekankan bahwa meskipun gajah adalah hewan yang lembut dan cerdas, ketenangan yang ditunjukkan tidak berarti mereka jinak. Gajah dapat menyerang siapapun yang dirasa sebagai ancaman atau pemicu stres, bahkan turis yang bermaksud baik.
“Gajah adalah hewan liar. Mereka ditawan, dianiaya hingga tunduk. Tetapi itu tidak berarti mereka jinak. Itu hanya berarti mereka ketakutan untuk jangka waktu tertentu,” ujar dia.
“Jika mereka melihat kesempatan, atau jika mereka terlalu stres, mereka akan menyerang dan membunuh,” dia menambahkan.
Advokat hak-hak binatang itu mencatat bahwa meskipun gajah adalah herbivora yang menakjubkan dan kompleks, gajah adalah satwa yang merespons secara agresif ketika mereka terancam.
“Mereka bereaksi, terkadang sangat ekstrem, saat sesuatu melintas di sudut penglihatan mereka. Jadi, menempatkan gajah yang telah disiksa di penangkaran mungkin selama puluhan tahun, di dekat seorang wanita muda yang mungkin hanya memiliki sedikit pengalaman dengan gajah dan tidak memiliki pelatihan yang tepat, adalah resep mutlak untuk bencana,” ujar dia.
McNair, yang juga bekerja sebagai pengacara perusahaan, juga mencatat bahwa penganiayaan terhadap gajah dimulai sebelum hewan tersebut menginjakkan kaki di tempat perlindungan.
Gajah sering diculik oleh pemburu liar yang melakukan kekejaman mulai dari membunuh induk di depan anak-anaknya hingga berulang kali menusuk bayi gajah hingga mereka menyerah melakukan perlawanan.
“Gajah yang telah dianiaya dan disiksa untuk digunakan dalam pariwisata, sangat berbahaya. Kegiatan ini tidak hanya sangat berbahaya bagi gajah, tetapi juga sangat berbahaya bagi manusia,” kata dia.
Melalui Save the Asian Elephants, McNair telah mengadvokasi undang-undang untuk menghentikan praktik-praktik kasar terhadap hewan, seperti Undang-Undang Hewan (Aktivitas Berkesejahteraan Rendah di Luar Negeri) yang disahkan di Parlemen Inggris pada tahun 2023. Pekerjaan ini juga baru-baru ini membuatnya dinobatkan sebagai Pahlawan Hukum Tahun 2024 oleh Law Society of England and Wales.
Sekarang, ia dan para pendukung hewan lainnya sedang meneliti perusahaan-perusahaan pariwisata yang mendorong perlakuan tidak etis terhadap gajah.
Beberapa tempat perlindungan memang memperlakukan gajah secara etis, kata McNair, dan ia menyarankan agar wisatawan melakukan penelitian sebelum memesan perjalanan mereka demi keselamatan mereka sendiri dan keselamatan gajah.
“Kami ingin mencoba mengarahkan pasar wisata hewan dari yang brutal menjadi etis. Itulah tujuan sebenarnya, bukan untuk menutup perusahaan perjalanan, tidak seperti itu,” ujar dia.
McNair mengingatkan bahwa tujuannya adalah untuk membantu hewan dan membantu orang-orang yang ingin menghasilkan uang dari wisata hewan, sehingga mereka tetap harus bersikaplah etis tentang hal itu.
(bnl/fem)