Minggu, September 22

Jakarta

India akan kembali mencatatkan sejarah di bidang antariksa. Pemerintah setempat telah menyetujui empat proyek luar angkasa terbaru, dua di antaranya, misi mengunjungi Venus dan bikin stasiun luar angkasa.

Negeri Bollywood ini sudah mengkhatamkan misi ke Bulan dan Mars. Tujuan berikutnya dalam menjalankan visi dan peta jalan luar angkasa India, Venus jadi incaran baru.

Sebagaimana dikutip dari Space News, Minggu (22/9/2024) Pemerintah India memberikan lampu hijau untuk empat proyek utama, yaitu pengembalian sampel bulan dari wahana Chandrayaan-4, mengorbit Planet Venus, pengembangan modul stasiun luar angkasa pertama, dan pengembangan roket baru Soorya (pesaing roket Falcon 9 milik SpaceX).


Kompleksitas misi antariksa itu akan menyediakan teknologi dan kemampuan dasar, agar mimpi India mendaratkan astronautnya di Bulan pada 2040 dapat menjadi kenyataan.

“Misi ini akan memungkinkan India untuk mandiri dalam teknologi dasar yang penting untuk misi berawak, pengiriman sampel Bulan, dan analisis ilmiah sampel Bulan. Untuk mewujudkannya akan ada keterlibatan signifikan dari industri India,” demikian bunyi dari Pemerintah India.

Guna merealisasikan niatan tersebut, pemerintah mengalokasikan anggaran melimpah, sebuah investasi besar yang menurut para pejabat diyakini dapat mendorong partisipasi maksimal dari sektor swasta yang sedang berkembang di negara tersebut.

Adapun, anggaran ini baru diketok palu pada Rabu (18/9) oleh Perdana Menteri India, Narendra Modi. Keputusan tersebut disahkan dalam kurun waktu 100 hari sejak masa jabatan ketiga pemerintahan baru.

Melalui Venus Orbiter Mission (VOM), India akan mengembangkan dan meluncurkan wahana antariksa yang ditargetkan dapat diluncurkan pada Maret 2028. Eksplorasi planet tetangga Bumi itu untuk mengetahui tentang bagaimana lingkungan tersebut berbeda secara signifikan dengan Bumi. Adapun, Venus sangat menarik diteliti karena digadang-gadang memiliki kandungan biomarket fosfin.

Anggaran Pemerintah India untuk ISRO dalam menjalankan VOM itu sebesar USD 149 juta atau sekitar Rp 2,2 triliun. Sedangkan pengembangan wahana ruang angkasanya mencapai USD 99 juta atau sekitar Rp 1,5 triliun.

Proyek selanjutnya, pengembalian sampel Bulan yang dilakukan Chandrayaan-4. Dengan alokasi dana USD 253 juta atau 3,8 triliun, India akan memanfaatkan dua roket LVM 3 untuk mengambil sampel dari satu-satunya satelit alami Bumi ini.

Kemudian, proyek pengembangan modul luar angkasa berawak bernama Gaganyaan juga diamini Pemerintah India, dengan persetujuan ISRO mengerjakan Bharatiya Antariksh Station (BAS) pertama.

“Untuk mencapai tujuan ini, ISRO akan melaksanakan empat misi di bawah Program Gaganyaan yang sedang berlangsung padan 2026 dan pengembangan modul pertama BAS dan empat misi untuk demonstrasi dan validasi berbagai teknologi untuk BAS pada Desember 2028,” kata India.

Anggaran Gaganyaan diperluas dari USD 1,35 miliar atau sekitar Rp 20,4 triliun menjadi USD 432 juta atau sekitar Rp 6,5 triliun untuk mengakomodasinya.

Terakhir, mengembangkan roket yang bisa dipakai kembali, yaitu Next Generation Launch Vehicle (NGLV). Roket ini menjadi langkah besar India membangun stasiun luar angkasa Bharatiya Antariksh, dan memungkinkan pendaratan berawak di Bulan pada 2040.

India menyebutkan bahwa NGLV dirancang untuk membawa muatan tiga kali lebih banyak dari LVM3 saat ini dengan biaya 1,5 kali lebih murah. Konsep roket yang ‘daur ulang’ ini terkenal dan masih dipakai oleh Falcon 9.

Proyek roket ini dialokasikan anggaran sebesar USD 994 juta atau sekitar Rp 15 triliun. Tahap pengembanganya akan mencakup tiga uji terbang selama delapan tahun.

Untuk kawasan Asia, negara yang paling berkembang di bidang antariksanya, India dan China. Lantas, bagaimana dengan Indonesia?

(agt/hps)

Membagikan
Exit mobile version