Rabu, September 25


Jakarta

Semangat untuk bisa menekan emisi gas buang harus terus dipupuk demi keberlangsungan hidup di masa mendatang. Berbagai pilihan teknologi yang mampu menekan emisi gas buang wajib mendapat dukungan pada semua sektor, termasuk dalam penerapan bioetanol.

Menurut peneliti ITB, Prof. Dr. Ronny Purwadi, Indonesia berada di persimpangan krusial dalam upaya mencapai kemandirian energi dan mengatasi perubahan iklim. Ketergantungan pada bahan bakar fosil terus meningkat, sementara dampak negatif terhadap lingkungan semakin nyata.

“Di tengah tekanan global untuk beralih ke energi yang lebih bersih, bioetanol menawarkan peluang besar yang belum sepenuhnya dimanfaatkan secara maksimal di Indonesia,” ujar Ronny.


Ronny menambahkan, saat ini Indonesia sudah menjadi yang terdepan di dunia dalam pelaksanaan bio-diesel B35 dan akan segera meningkatkan penggunaannya menjadi B40. Namun, Indonesia masih tertinggal dalam implementasi bioetanol untuk mesin bensin.

“Padahal, pengembangan bioetanol dapat memberikan manfaat yang sangat besar terhadap lingkungan hidup, ketahanan energi nasional, dan pertumbuhan ekonomi,” kata Ronny.

“Bioetanol, yang dihasilkan dari sumber daya biomassa seperti molases tebu, sorgum, jagung, ataupun singkong menawarkan potensi besar untuk mengurangi emisi karbon sekaligus meningkatkan ketahanan energi nasional,” Ronny menambahkan.

Kolaborasi Pertamina–Toyota, Uji Coba Bioethanol 100% di GIIAS 2024 Foto: Pertamina

Meskipun bioetanol tetap menghasilkan emisi dari tailpipe, lanjut Ronny, penting untuk dipahami bahwa bioetanol dianggap sebagai bahan bakar carbon neutral. Gas CO2 yang dilepaskan melalui pembakaran bahan bakar bioetanol diserap kembali oleh tanaman penghasil bahan baku bioetanol.

“Dengan demikian, netto penambahan gas CO2 ke udara dapat dianggap nol dan menjadikan siklus karbonnya netral. Pengembangan industri bioetanol sangat penting untuk dipandang sebagai strategi jangka menengah hingga jangka panjang karena dapat mengatasi masalah energi saat ini sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan kerja, serta berkontribusi pada pelestarian lingkungan hidup,” ujar Ronny.

Dalam pemberitaan detikOto sebelumnya, Pertamina sudah melakukan pengujian pada bahan bakar bioetanol 100 persen sebagai pengganti bensin dan diperlihatkan pada ajang Gaikindo Indonesia Iternational Auto Show (GIIAS) 2024.

Menurut Senior Vice President Technology Innovation PT Pertamina (Persero), Oki Muraza, Pertamina telah memproduksi sebanyak 150 liter bioetanol untuk mengadakan test drive di GIIAS 2024. Bioetanol ini diproduksi dari ampas biomasa, yaitu batang tanaman Sorgum. Proses produksi bahan bakar nabati tersebut menggunakan peralatan distilasi dan dehidrasi yang terdapat di fasilitas Laboratorium Technology Innovation milik Pertamina.

“Nira sorgum didapatkan melalui kerja sama dengan universitas setempat yang sudah melakukan uji penanaman di beberapa lahan. Setelah itu nira yang dihasilkan difermentasi menjadi bioetanol dan kemudian dimurnikan,” kata Oki dalam keterangan tertulisnya dikutip Kamis (25/7/2024) lalu.

(lth/rgr)

Membagikan
Exit mobile version