Senin, September 30
Jakarta

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) sudah menyiapkan sejumlah strategi untuk menekan angka kebakaran hutan di Indonesia. Bahkan KLHK mengklaim strategi yang dimiliki sudah mulai membuahkan hasil dalam menekan angka kebakaran hutan.

“Betul pada 2015 terjadi kebakaran hutan yang besar selain karena El Nino yang sangat kuat pada masa itu. Kita mengambil banyak pembelajaran kalau dibandingkan sebelum dan sesudah 2015 dalam konteks pengelolaan kebakaran hutan dan lahan,” kata Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim KLHK Laksmi Dhewanthi di acara detikPagi, Jumat (21/6/2024).

Dia menjelaskan pengelolaan kebakaran hutan di tahun 2015 dan saat ini cenderung mengalami perbedaan. Laksmi mengatakan kalau dulu di tahun 2015, pengelolaan kebakaran hutan lebih bersifat reaktif. Artinya, kalau kebakaran itu terjadi maka baru dipadamkan.


“Kalau dulu sebelum 2015 kita melakukan pengendalian lingkungan dan lahan sifatnya lebih reaktif kalau ada kebakaran kemudian kita padamkan. Setelah 2015 bagian dari solusi permanen kita selalu menerus melakukan analisis iklim dan cuaca,” jelasnya.

Menurutnya, melalui analisis iklim dan cuaca memberikan efek positif dalam mengendalikan kebakaran hutan. Dari situ, KLHK bisa mengetahui kondisi cuaca di berbagai rentang periode.

“Sehingga kita tahu bagaimana cuaca dan iklim sampai 3 bulan, 1 tahun ke depan, sampai paling dekat 10 hari. Dari situ kita tahu kapan harus memulai aksi,” ungkapnya.

Dia mencontohkan kebakaran hutan biasanya terjadi saat musim kemarau. Nah sebelum memasuki musim itu, KLHK sudah gencar melakukan antisipasi agar kebakaran tidak terjadi.

“Biasanya kita kebakarannya di musim keringkan kemarau. Maka jauh sebelum musim kemarau di awal tahun, sebelum terjadinya fase krisis kita sudah lakukan antisipasi. Contohnya adalah karena kalau kebakaran hutan dimulai dari yang kering dan cepat kebakar. Dan yang paling banyak kebakar adalah lahan gambut,” ungkapnya.

Menurutnya, antisipasi tersebut sangat penting untuk dilakukan. Apalagi lahan gambut merupakan daerah yang cenderung sulit dipadamkan ketika suatu kebakaran terjadi.

“Kalau sudah terbakar itu akan susah sekali dipadamkan karena apinya tidak terlihat di atas. Apinya ada di bawah lahan gambut,” jelasnya.

Dia mengatakan adapun aksi yang dilakukan KLHK untuk melakukan antisipasi yakni dengan melakukan modifikasi cuaca atau hujan. Langkah ini dilakukan agar lahan gambut tetap dalam kondisi basah sehingga mengurangi risiko terjadinya kebakaran.

“Makanya dari itu kita lakukan modifikasi cuaca dengan melakukan hujan buatan agar lahan gambut kita tetap basah,” tuturnya.

Membagikan
Exit mobile version