Jumat, Januari 24


Ankara

Turki waswas dengan masa depan pariwisatanya. Georgia dianggap sebagai salah satu pesaing berat yang bisa menggaet turis-turis dari negara lain.

Mengutip Manchester Evening News, Kamis (23/1/2025) kekhawatiran itu muncul saat pariwisata dunia pulih. Negara tetangga, Georgia, dianggap sebagai salah satu pesaing berat mulai melaksanakan berbagai inisiatif untuk meningkatkan statusnya sebagai destinasi wisata yang sedang berkembang.

Laporan dari The Mirror menyebutkan bahwa Georgia telah mengambil langkah-langkah strategis seperti memperbaiki sistem transportasi umum, mengembangkan pelabuhan kapal pesiar, dan memasang rambu-rambu internasional.


Di saat bersamaan, kondisi ekonomi Turki yang semakin sulit telah mengurangi daya tarik negara tersebut sebagai destinasi wisata hemat, khususnya bagi wisatawan Inggris. Kenaikan biaya hidup yang terus-menerus, ditambah dengan banyaknya penduduk yang meninggalkan daerah tersebut pada musim tertentu, memperburuk situasi.

Analis klaim perjalanan senior di Fast Cover Travel Insurance, Sarah Donaldson, menyebutkan bahwa hiperinflasi merupakan faktor utama penyebab turunnya jumlah wisatawan. Ia menjelaskan bahkan wisatawan asing pun merasa kesulitan untuk membenarkan biaya akomodasi dan makan yang tinggi.

Pada Mei 2024, inflasi Turki melonjak hingga 75%, namun pada Desember 2024 inflasi tersebut mulai mereda menjadi 44%. Kondisi itu menumbuhkan harapan bahwa penurunan jumlah wisatawan pada musim panas lalu hanya bersifat sementara.

Kaki Gunung Shakara, Georgia. (Getty Images/tawatchaiprakobkit)

Banyak wisatawan dan penduduk setempat mulai memilih untuk berlibur ke pulau-pulau Yunani yang lebih terjangkau. Selain itu, meningkatnya popularitas Georgia semakin mengancam posisi Turki sebagai tujuan wisata dengan anggaran terbatas.

Selama 25 tahun terakhir, sektor pariwisata Georgia telah berkembang pesat menjadi salah satu sektor ekonomi yang tumbuh paling cepat.

Negara tersebut melaksanakan berbagai proyek untuk meningkatkan aksesibilitas, seperti sistem bus modern yang ramah disabilitas, pengembangan lima terminal pelabuhan besar di Batumi, dan penyediaan akses inklusif ke berbagai museum, ruang terbuka hijau, serta stasiun kereta api.

Meskipun Georgia menghadapi tantangan akibat kerusuhan politik dan kedekatannya dengan konflik Rusia-Ukraina, para pelaku industri pariwisata di sana tetap optimis terhadap masa depan. Seorang pemandu wisata di Ibu Kota Tbilisi, Tariel Tabashidze, mengatakan bahwa meskipun beberapa wisatawan sempat membatalkan perjalanan mereka akibat protes-protes pro-Uni Eropa, ia percaya keadaan akan kembali normal dengan sendirinya.

“Georgia kini semakin populer di kalangan turis dari seluruh dunia,” kata Tariel.

Menurut Tariel wisatawan yang datang ke negara ini tidak hanya berasal dari Eropa, tetapi juga dari India, Amerika Serikat, Australia, dan Swiss.

“Saya mengajak banyak orang yang terbang langsung dari India untuk ikut tur di sini. Mereka sangat terkesan dengan keindahan alam, bangunan bersejarah, dan warisan budaya yang kami miliki,” dia menjelaskan.

Beberapa destinasi menarik di Georgia termasuk jalanan berbatu yang berkelok-kelok di Tbilisi, desa-desa dan kota abad pertengahan di wilayah Svaneti Atas, serta Danau Ritsa yang mempesona di Pegunungan Kaukasus, semuanya menawarkan pengalaman wisata yang unik dan menakjubkan.

(upd/fem)

Membagikan
Exit mobile version