Selasa, November 5


Jakarta

Berwisata mengamati burung sedang naik daun di Vietnam. Tak main-main, reservasi untuk 2026 sudah penuh.

Melansir Vietnam Express, Senin (4/11/2024) seorang ahli burung dan juga CEO Wildtour, Nguyen Hoai Bao, mengatakan rata-rata pengunjung rela merogoh kocek antara USD 4.000 hingga USD 10.000 atau Rp 6 juta hingga Rp 150 juta) untuk tur jangka panjang. Itu belum termasuk tiket pesawat.

“Dengan biaya hingga dibanderol USD 10.000, tur tersebut semakin diminati oleh wisatawan kelas atas. Tur mengamati burung itu masih merupakan pasar khusus karena infrastruktur yang kurang memadai dan upaya promosi yang terbatas,” kata Bao.


Wildtour melaporkan bahwa tur tersebut sangat populer di kalangan wisatawan tajir. Wildtour menyatakan reservasi wisata pengamatan burung itu penuh hingga akhir tahun 2026. Mayoritas turis yang booking paket wisata itu merupakan wisatawan asing.

Bao menyatakan tur mengamati burung itu memberikan kesempatan kepada peserta untuk melihat berbagai spesies burung, baik secara langsung maupun melalui peralatan seperti teropong dan kamera khusus.

Wisata pengamatan burung bukan genre wisata baru di Vietnam. Wisata itu dirintis sejak 1990-an. Peminatnya turis dari negara-negara maju di Eropa dan Amerika Utara.

Kemudian, mulai 2015 berwisata pengamatan burung itu semakin popular dan disukai turis-turis dari negara Asia, di antaranya dari Thailand dan Singapura, serta penggemar fotografi satwa liar dari Jepang, Hong Kong, Taiwan, Cina, dan India.

Tur mengamati burung itu lebih mahal dibandingkan tur biasa karena disesuaikan dengan kebutuhan spesifik setiap kelompok, biasanya terdiri dari enam hingga 12 orang. Wisatawan asing seringkali tinggal lebih lama antara tiga hingga empat minggu per perjalanan.

Vietnam memiliki sekitar 300 spesies burung langka seperti burung bangau mahkota merah, bangau leher putih, walet gunung, pelatuk hijau hingga burung gagak pita.

“Meskipun tur mengamati burung populer di negara-negara Asia Tenggara lain seperti Thailand dan Malaysia. Dan mampu menghasilkan pendapatan yang signifikan,” kata Bao.

Di Vietnam meskipun tur semacam ini sudah berjalan selama 20 tahun, hanya ada sekitar 10 perusahaan yang menawarkan mengamati burung-burung. Para ahli industri mengaku bahwa promosi tur pengamatan burung di Vietnam ini masih terbatas dan infrastruktur di taman nasional perlu banyak yang ditingkatkan.

Selain itu, perusahaan perjalanan mengeluhkan prosedur yang rumit dan kurangnya pemandu wisata berkualitas. Perburuan liar dan penggundulan hutan juga mengancam populasi burung, sehingga membuat wisatawan ragu untuk memesan tur.

Tur tersebut biasanya diadakan di taman nasional dan cagar alam seperti Taman Nasional Cat Tien, terutama selama musim kemarau dari November hingga April, dengan rata-rata 15-20 kelompok pengunjung setiap bulannya.

Pendapatan dari hasil tur ini membantu untuk sektor konservasi, juga menambah variasi produk pariwisata, dan menciptakan lapangan kerja. Dosen di Universitas RMIT Vietnam, Daisy Kanagasapapathy, menyatakan bahwa untuk mengembangkan model tur pengamatan burung itu.

Industri harus fokus pada pemasaran kepada wisatawan yang peduli lingkungan, serta mengembangkan infrastruktur seperti gubuk observasi dan layanan pemandu profesional. Daisy juga mengusulkan penyelenggaraan acara seperti BirdFair untuk menampilkan spesies burung-burung unik yang dimiliki oleh Vietnam.

(upd/fem)

Membagikan
Exit mobile version