Selasa, November 5

Jakarta

Kekacauan akibat tumbangnya Microsoft Windows gegara update software dari perusahaan keamanan siber CrowdStrike, dinilai menunjukkan kerapuhan dalam sistem digital global. Dari bandara, perbankan, toko online, media dan lainnya, terganggu operasionalnya.

“Gangguan ini menunjukkan bahwa bahkan platform perusahaan besar seperti Microsoft, yang memiliki dana dan investasi besar dalam keamanan sistem yang kuat, dapat terpuruk karena kesalahan yang tidak disengaja dalam update software yang dikeluarkan oleh perusahaan keamanan siber independen,” tulis kolumnis teknologi BBC Zoen Klienman yang dikutip detikINET.

Dampaknya sangat luas karena komputer yang didukung Microsoft merupakan jantung dari sebagian besar infrastruktur teknologi dunia. Hal ini menunjukkan betapa bergantungnya manusia pada infrastruktur tersebut, dan betapa tidak berdayanya ketika terjadi kesalahan yang berada di luar kendali.


“Gangguan ini juga menunjukkan risiko besar yang kita hadapi jika kita menaruh seluruh upaya kita ke dalam satu keranjang besar yang mencakup seluruh dunia,” tulis Owen Sayers di Computer Weekly.

Memang banyak bisnis, layanan, dan masyarakat yang menggunakan hanya satu penyedia TI. Hal itu menyajikan kemudahan dan kenyamanan, tapi juga berarti tidak ada rencana B jika penyedia tersebut tiba-tiba mengalami masalah.

“Dalam beberapa kasus, vendor tunggal menjadi pilihan karena masalah biaya. Alasannya adalah karena vendornya sangat besar dan kuat sehingga perusahaan tidak mengantisipasi jika tumbang,” kata Alina Timofeeva dari BCS, Institut TI.

Perusahaan keamanan siber CrowdStrike jelas sedang kelabakan. “Akan ada seseorang di CrowdStrike yang akan mendapat banyak masalah saat ini karena tidak melakukan hal ini (update software) dengan benar. Dan akan ada banyak orang yang bekerja akhir pekan ini,” kata Prof Victoria Baines, dari Gresham College di London.

(fyk/fyk)

Membagikan
Exit mobile version