Senin, Januari 27


Jakarta

Kurang dari lima menit berjalan kaki dari Stasiun Kebayoran ke arah Jalan Raya Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, berdiri eksis sebuah usaha ultra mikro, pangkas rambut asli Garut (Asgar). Memanfaatkan ruko dengan luas sekitar 2×5 meter, Yusuf (28), pria asli Garut, Jawa Barat, memangkas tiap helai rambut kepala pelanggan di balik kaca bertuliskan Pangkas Rambut Kapten.

Bermodal seadanya, sisir, gunting, dan clipper atau mesin cukur, Yusuf menerima Rp 25.000 dari setiap rambut di kepala pelanggan dalam bilik ruko sederhana bercat putih-biru. Kala itu, hanya ada satu pengunjung yang menunggu dipermak mahkota kepalanya. Berdialog sedikit tentang model rambut, namun sama sekali tidak mengacu pada salah satu model dalam poster di dinding ruko.

Yusuf menekuni bidang profesi pangkas rambut sejak tahun 2019. Ia menaruh harap sebagai juru cukur secara mandiri atau otodidak, mengasah dan meniru gerak lengan rekannya di lingkungan sehari-hari di Garut, Jawa Barat.


“Kurang lebih lima tahunan (menggeluti usaha pangkas rambut). Otodidak, karena kan dari teman-teman kebanyakan profesinya sama. Jadi lingkungan sih, lingkungan saya sendiri,” kata Yusuf saat dijumpai detikcom di tokonya, Jumat (17/1/2025).

Harga dari jasa yang ditawarkannya pun cukup terjangkau, untuk kategori dewasa pelanggan dikenakan biaya Rp 25.000, anak Rp 20.000, semir rambut Rp 50.000, hingga cukur kumis Rp 5.000. Dalam sehari, Yusuf bisa mencukur 15 kepala dengan penghasilan rata-rata Rp 300.000 per hari.

Tukang cukur Asgar Foto: Andi Hidayat

Untuk menangani pelanggan anak, Yusuf biasa menggunakan pijakan tambahan pada kursi. Hal ini dilakukan untuk menyesuaikan tinggi badannya dengan sang pelanggan. Sementara perawatan alat, biasanya yang ia lakukan sebatas membersihkan alat cukur paling lama satu bulan sekali.

“Paling yang sering kita beli bedak, kayak gituan doang. Kalau untuk kayak clipper (mesin cukur), dia awet sih,” terangnya.

Kendati bersaing dengan berbagai usaha pangkas rambut modern, Yusuf mengaku tak khawatir tergilas. Selain karena bertarif murah, pangkas rambut Asgar miliknya juga menjajakan model rambut sesuai dengan tren masa kini. Bahkan, ia juga menerima pesanan berdasarkan gambar yang dibawa pelanggannya.

“Salah satunya itu, punya pelanggan tetap. Ditambah percaya milik saja sih, percaya rezeki, semua ada yang ngatur,” sebutnya disusul tawa.

Beranjak 5,9 kilometer dari tempat Pangkas Rambut Kapten yang digarap Yusuf, berdiri pula jenis usaha jasa yang sama dengan nuansa modern bernama Fix Up Barber Shop. Berdiri di antara ruko-ruko elit di Jalan Wolter Monginsidi, Petogogan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, hilir-mudik pelanggan setia layanan pangkas rambut khas Garut.

Seorang juru cukur asli Garut di Fix Up Barber Shop, Aang (44), berkecimpung lebih dari 25 tahun. Hingga saat ini, Aang memiliki belasan pelanggan tetap yang hilir-mudik dan sedia antre sentuhan tangannya pada tiap helai rambut. Ia berkisah, kepiawaiannya dalam mencukur rambut dilakukan secara otodidak dari kepala ke kepala.

“Dulu otodidak, belum ada sekolahannya. Sempat belajar di Jagakarsa, Ciganjur, sempat keliling juga. Sekarang mah sudah ada sekolahannya, dulu mah belum ada. Jadi praktiknya langsung di situ, uji nyali,” terang Aang sembari merapikan kursi pencuci kepala bagi pelanggannya.

Namun begitu, sepanjang karir di dunia pangkas rambut, Aang belum sempat menjajal menjalankan usaha sendiri. Pria asal Garut ini mengaku belum memiliki modal sekaligus nyali yang besar untuk membuka usaha pangkas rambut. Di Fix Up Barber Shop, Aang biasa terima upah sekitar Rp 300.000 per hari dari sekitar delapan kepala.

Fix Up Barber Shop sendiri menyasar pelanggan dari kalangan menengah atas. Tak ayal, tarif yang dipatok pun relatif lebih tinggi dibandingkan ruko-ruko usaha pangkas rambut Asgar lainnya. Untuk tarif normal pangkas rambut, pelanggan perlu merogoh kocek sekitar Rp 90.000, untuk cut n shaving atau mencukur halus rambut Rp 130.000, mencukur halus rambut di area wajah Rp 50.000.

Sementara untuk tarif anak-anak, Fix Up Barber Shop mematok harga Rp 80.000. Selain itu, pangkas rambut ini juga melayani coloring atau mewarnai rambut dengan tarif Rp 150.000, creambath Rp 10.000, pijak Rp 80.000, hingga pembersihan rambut sisa cukur Rp 20.000.

“Tiap habis cukur ada servis pijat. Kalau kalau nggak mau juga nggak apa-apa. Di cukur, terus di cuci. Sudah bagian dari service, dicukur sekaligus dicuci,” ungkapnya.

Salah seorang konsumen Fix Shop Barber Shop, Morris (33), mengaku sudah lebih dari 14 tahun menjadi pelanggan tetap Aang. Bukan tak pernah menjajal jasa juru cukur lainnya, ia mengaku Aang memahami betul pesanan model rambut yang diinginkannya. Asgar, kata Morris, paham betul bagaimana membina hubungan dengan baik dengan para pelanggannya.

“Nyoba sih (beralih ke pangkas rambut modern) pernah ya, cuma karena sudah biasa dipegang, kalau dengan Kang Aang ini kan saya nggak perlu ngomong lagi. Sudah tahu dia, ketika saya mau ganti, dia sudah ngerti. Jadi nggak perlu ada orientasi lagi. Kadang-kadang juga dia bantu saya untuk styling-nya,” katanya.

Morris juga puas dengan servis juru cukur Asgar, baik polesan pada rambut maupun pijatan setelahnya. Tidak jarang para juru cukur Asgar juga sedia menerima panggilan di luar tokonya. Perawatan alat cukur di bawah kendali Aang juga terjaga higienisnya bahkan pada masa pandemi Covid-19.

“Kondisi keluwesannya juga pada saat Covid kemarin saya mau potong rambut, segala macam, saya datang bersih, higienis, tahapannya juga dalam proses pemotongan rambut juga higienis, alat-alat yang digunakan juga higienis. SOP-nya itu rapih jadi saya suka,” terangnya.

Usaha yang Tetap Mikro

Namun begitu, ekosistem usaha pangkas rambut dianggap stagnan pada level mikro. Hal ini terjadi akibat akses permodalan yang tidak menjangkau salah satu jenis usaha jasa ini. Ekonom Center of Economic and Law Studies (Celios), Nailul Huda mengatakan, usaha mikro cenderung tidak masif melakukan ekspansi lantaran keterbatasan permodalan. Sementara ekspansi, membutuhkan permodalan yang besar yang berdampak pada peningkatan biaya operasional lainnya.

“Rumus sederhana ini yang membuat mereka bertahan. Makanya banyak pelaku usaha mikro yang jualannya dari dahulu kala ekspansinya sangat lambat. Apalagi jasa cukur rambut yang dari dahulu, ya, banyak pelaku-nya tidak melakukan ekspansi secara besar-besaran,” jelasnya.

Pangkas rambut Asgar berada pada posisi yang serba dilematis, kata Huda, sebab rawan dihadapkan pada usaha jasa serupa dengan layanan yang lebih baik dengan harga yang jauh lebih tinggi. Namun begitu, pangkas rambut Asgar dapat terus bertahan dengan kekhasan layanannya, yakni pijat. Kekhasan itu dinilai melekat pada usaha, sebut saja pangkas rambut yang kerap diasosiasikan dengan Garut.

“Usaha dengan menonjolkan kedaerahan ini bisa membawa efek positif terhadap usahanya. Mereka akan lebih dikenal sebagai bagian dari warisan daerah,” terangnya.

Secara umum, kontribusi ekonomi mikro pada produk domestik bruto (PDB) Indonesia lebih dari 60%, Geliat ekonomi mikro juga tercatat menampung lebih dari 95% tenaga kerja. Ekonomi Universitas Paramadina, Wijayanto Samirin mengatakan, pertumbuhan ekonomi mikro sejalan dengan tumbuhnya peran di sektor non-formal.

Bisa dikatakan, kata Wijayanto, usaha mikro berperan sebagai pengaman di saat ekonomi Indonesia tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan. Mayoritas usaha mikro, tetap beroperasi sebagai usaha mikro dalam jangka panjang. Hal ini ditengarai lantaran para pelaku masih memandang kegiatan ekonomi ini sebagai sambilan.

Selain itu, usaha mikro juga tidak memiliki akses ke perbankan untuk permodalan. Bisnis modelnya pun dianggap cocok jika dioperasikan sebagai usaha mikro. Wijayanto menyebut, model bisnis pangkas rambut Asgar seringkali berkelindan di model bisnis mikro.

“Asgar merupakan contoh usaha mikro jenis 3. Saya sendiri merupakan pelanggan Asgar. Barangkali sama dengan banyak pelanggan yang lain, key selling proposition Asgar menurut saya adalah: karyawan yang ramah dan skill-full, suasana yang akrab dan sederhana, bonus pijat, serta biaya yang ringan di kantong. Key selling proposition yang lengkap itu telah membuat Asgar tetap survive hingga sekarang,” tutupnya.

Simak Video: Bisnis Tahan Banting, Barbershop Asgar

[Gambas:Video 20detik]

(acd/acd)

Membagikan
Exit mobile version