Jumat, November 1


Jakarta

Pesinetron Tsania Marwa membuat judul tesis untuk mendapatkan gelar magister psikologi, terinspirasi dari kisah kehidupannya. Tsania sebagai pemegang hak asuh, dalam realitanya tak bisa berkumpul dengan dua anaknya.

Tsania Marwa membuat judul tesis ‘Peran Separation Anxiety Sebagai Mediator pada Hubungan Antara Psychological Distress dan Insomnia pada Orang Tua yang Tidak Mendapatkan Hak Asuh Anak Akibat Perceraian’.

“Relate, aku nggak bisa pungkiri sangat menginspirasi dari hidup aku. Tapi untuk hasilnya semua aku bisa pastikan data yang bicara karena aku pakai kuantitatif,” jelas Tsania Marwa saat mengisi Pagi Pagi Ambyar di Trans TV, Selasa (29/10/2024).


Ada tiga hal yang dialami oleh orang tua yang terpisah dari anak kandungnya. Tiga hal itu adalah insomnia, psychological distress, dan separation anxiety.

“Insomnia sudah familiar ya. Kalau psychological distress itu, dia ada cemas, stres, dan depresi, jadi mengalami tiga rasa itu. Ketiga, separation anxiety, keterpisahan akan kecemasan. Kita punya cemas karena takut ditinggalkan. Aku pernah di tahap itu,” ungkap Tsania Marwa.


Tsania Marwa bersyukur saat ini bisa jauh lebih ikhlas. Oleh karena itu, dirinya berani menjadi apa yang dialaminya sebagai topik dalam tesis.

“Orang lihat judul aku, bilangnya ‘Aduh Kak, pasti kerjainnya pakai air mata ya?’ Nggak, karena participant-nya bukan aku. Participant-nya aku kumpulin data dan terkumpul 107 orang, menariknya 80 persen perempuan,” kata ibu dua anak itu.

Pada hari yang sama, ditemui di studio Rumpi: No Secret Trans TV, saat mengalami masalah mental seperti itu, juga berimbas pada fisiknya.

“Kalau secara fisik aku mengalami penurunan berat badan, rambut rontok, sempat ada fase itu. Mental itu bagian penting dalam kesehatan kita. Ketika mental itu membaik maka semuanya juga akan terlihat membaik,” ceritanya.

“Aku mengalaminya gini, aku butuh jatuh yang benar-benar jatuh banget, baru aku bisa bangkit. Titik jatuh aku itu ketika aku eksekusi gagal, 2021,” sambung Tsania Marwa.

Saat itulah dirinya sudah merasa mentok. Melewati proses berdamai dengan keadaan yang tidak mudah hingga akhirnya Tsania memilih untuk melanjutkan kuliah.

“Karena di situ aku kayak ditampar realita bahwa proses hukum aku udah mentok dan anak belum juga di aku. Itu saatnya aku give up, harus menerimanya dulu di batin, proses itu yang luar biasa drop-nya. Bangkit pelan-pelan dan memutuskan kuliah lagi,” pungkasnya.

(pus/wes)

Membagikan
Exit mobile version