Rabu, April 9

Jakarta

Presiden Amerika Serikat Donald Trump baru saja mengumumkan kebijakan tarif global baru, termasuk tarif impor 32% untuk Indonesia. Sejumlah pakar dan netizen mempertanyakan dari mana asal persentase tarif baru ini, dan muncul spekulasi bahwa perhitungan ini didapat dari ChatGPT.

Pakar ekonomi James Surowiecki mencoba mencari tahu bagaimana Gedung Putih menetapkan tarif baru ini. Ia menemukan angka tersebut didapat dengan mengambil defisit perdagangan suatu negara dengan AS dan membaginya dengan total ekspor produk mereka ke AS, lalu hasilnya dibagi dua untuk menentukan tarif imbal balik yang didiskon.

Dalam postingannya di X, Surowiecki mencontohkan AS memiliki defisit perdagangan USD 17,9 miliar dengan Indonesia, sedangkan ekspor Indonesia ke AS sebesar USD 28 miliar. Jika dibagi maka persentasenya 64%, yang diklaim Trump sebagai besaran tarif yang ditetapkan Indonesia untuk impor dari AS. Angka itu kemudian dibagi dua sehingga tarif impor baru yang dikenakan AS untuk produk Indonesia sebesar 32%.


Gedung Putih membantah klaim Surowiecki, dan menerbitkan rumus yang diklaim digunakan untuk menentukan tarif impor baru. Namun menurut Politico, rumus yang dipakai Gedung Putih mirip seperti metode perhitungan Surowiecki.

Tidak berhenti sampai di situ, sejumlah netizen menduga perhitungan ini datang dari chatbot AI. Beberapa pengguna X dan Bluesky mencoba meminta ChatGPT, Gemini, Claude, dan Grok untuk mencari cara mudah mengatasi defisit perdagangan dan menempatkan AS di level persaingan yang setara.

guess where they got their weird trade deficit math from? i went to the pit for y’all and brought back the screenshots with alt text

[image or embed]

— Amy Hoy (@amyhoy.bsky.social) April 3, 2025 at 7:42 AM

Keempat chatbot AI itu memberikan jawaban yang serupa dengan rumus ‘defisit perdagangan dibagi ekspor’ secara konsisten, tapi ada beberapa variasi. Grok dan Claude menyarankan untuk membagi dua nilai tarif untuk mendapatkan hasil yang lebih masuk akal, sesuai dengan ide ‘diskon’ tarif Trump.

ChatGPT memperingatkan metode perhitungan mereka yang sederhana tidak memperhitungkan dinamika perdagangan internasional yang rumit. Claude juga memperingatkan defisit perdagangan bukan satu-satunya tanda perdagangan yang tidak sehat, dan tarif memiliki konsekuensi ekonomi yang kompleks, seperti dikutip dari ArsTechnica, Jumat (4/4/2025).

Apakah pemerintahan Trump benar-benar berkonsultasi dengan chatbot sebelum menentukan kebijakan perdagangan globalnya masih menjadi misteri. Bisa jadi data latihan yang dipakai chatbot-chatbot AI ini memang sejalan dengan pendekatan pemerintah AS.

Kebijakan tarif impor baru ini juga dikritik karena menargetkan beberapa pulau tidak berpenghuni. Salah satunya adalah Pulau Heard dan Kepulauan McDonald, teritori eksternal Australia yang hanya dihuni oleh penguin, yang dikenai tarif impor 10%

(vmp/vmp)

Membagikan
Exit mobile version