Sabtu, Februari 1


Jakarta

Baru-baru ini, seorang pria di China kehilangan nyawa saat melakukan jenis latihan kontroversial yang mengharuskan seseorang menggantung dagu untuk meredakan nyeri leher dan tulang belakang.

Selama hampir sepuluh tahun terakhir, latihan olahraga yang aneh ini mendapatkan sorotan di seluruh China. Jenis latihan ini melibatkan kegiatan mengayunkan tubuh sambil menggantung di udara hanya dengan ditopang tali dagu.

Sekitar tahun 2017, dilaporkan oleh Sun Rongchun, penduduk asli Shenyang melakukan ini sebagai cara untuk meredakan sakit punggung. Saat itu dengan cepat aktivitas ini menjadi perbincangan dan pemandangan umum di taman dan pusat kebugaran luar ruangan di seluruh negeri.

Meski caranya dengan menggantungkan dagu sebagai penopang terdengar relatif tidak aman untuk dilakukan, tapi para penggiat praktisi latihan mengaku merasakan manfaat pada tubuh mereka. Mereka mengklaim cara ini dapat mengatasi sakit leher dan punggung.


Para dokter telah memperingatkan tentang bahaya gantung leher selama bertahun-tahun dan pada akhirnya sebuah tragedi belum lama ini menunjukkan jika aktivitas ini dilakukan secara tidak benar, mungkin saja dapat mengakibatkan bahaya.

Pada tanggal 15 Mei, seorang pria di China berusia 57 tahun kehilangan nyawa secara tragis saat menggantungkan leher pada ayunan leher di sudut taman kebugaran outdoor, Kota Chengxi, Chongqing. Sudah dikonfirmasi polisi jika kematian pria tersebut terjadi akibat penggantungan leher dan saksi mata menyatakan sebelum mengayunkan tubuhnya, pria tersebut diduga menyandarkan lehernya pada ayunan, bukan pada dagu.

Orang lain juga berpendapat mungkin dia menggunakan terlalu banyak tenaga saat mengayunkan tubuhnya.

Wakil Direktur First Affiliated Hospital of Tianjin University of Traditional Chinese Medicine, Zhao Qiang menyatakan apapun kesalahan yang dilakukan, hal tersebut terbukti dapat memicu risiko fatal dan sangat tidak disarankan.

“Tidak disarankan untuk olahraga dengan alat ini meski konsepnya didasarkan pada prinsip traksi klinis,” kata Zhao Qiang

“Bisa merusak saraf dan sumsum tulang belakang atau bahkan menyebabkan paraplegia. Tidak disarankan untuk menggantung di leher untuk kebugaran. Itu tidak akan memberikan manfaat apapun bagi kesehatan atau tulang belakang leher,” tandasnya.

Meskipun tragedi sudah terjadi, sepertinya ini tidak akan membuat sebagian besar penggemar ayunan leher patah semangat. Kondisi ini menimbulkan banyak pertanyaan mengenai risiko yang mungkin didapat dalam latihan ini serta kebutuhan apa saja untuk mempelajari cara menggunakan ayunan leher dengan benar.

Simak Video “3 Waktu Olahraga Paling Signifikan di Bulan Puasa
[Gambas:Video 20detik]
(kna/kna)

Membagikan
Exit mobile version