Senin, Oktober 14


Gianyar

Konflik Lebanon-Israel makin memanas. WNI yang kerja di sana dipulangkan. Salah satunya Ni Kadek Sriari, pekerja spa di Lebanon yang jantungnya mau copot.

Dek Sri, sapaan akrabnya, memutuskan untuk pulang ke Bali setelah 1,5 tahun bekerja sebagai terapis spa di Lebanon. Perempuan asal Tampaksiring, Gianyar itu terpaksa pulang ke Tanah Air lantaran tak tahan lagi dengan mencekamnya situasi Lebanon di tengah konflik kelompok Hizbullah dengan Israel.

Sriari merasa sangat ketakutan setiap kali mendengar dentuman bom yang terus bergema di pusat Kota Beirut, Lebanon.


“Saya merasa jantung saya mau copot setiap kali mendengar suara ledakan bom,” ungkap dia, Rabu (9/10) pekan lalu.

Perempuan berusia 21 tahun itu merupakan satu dari tiga Pekerja Migran Indonesia (PMI) asal Bali yang dipulangkan dari Lebanon pada Selasa (8/10) sore.

Dua PMI lainnya bernama Ketut Septiani dan Ni Luh Suarnadi juga dipulangkan dari negara yang tengah digempur Israel itu.

Tempat kerja Sriari di Lebanon sebetulnya cukup jauh dari pusat konflik. Namun, dia trauma setelah melihat langsung aksi baku tembak antarkelompok bersenjata.

Peristiwa itu begitu membekas di benak Sriani hingga membuatnya yakin untuk segera kembali ke Indonesia. Namun awalnya, Dek Sri cukup betah berada di negara Timur Tengah itu.

Sebelum digempur Israel, Kota Beirut dan kota-kota lain di Lebanon juga cukup aman. Selama bekerja sebagai tukang pijat di Lebanon, dia berhasil mengumpulkan sejumlah uang.

Hasil jerih payahnya itu juga dia kirim untuk ibunya di Bali. Sebagian uang kiriman Sriari bahkan digunakan untuk memperbaiki rumahnya di Banjar Belusung Kaja, Desa Pejeng Kaja, Tampaksiring, Gianyar.

Sebagian lagi digunakan untuk membayar utang. Meski mendapat penghasilan yang cukup besar di negeri orang, Sriari menilai hal itu tidak sebanding dengan rasa takut dan trauma yang dialaminya.

“Saya lebih memilih hidup sederhana di Bali dari pada harus terus-menerus hidup dalam ketakutan,” tuturnya.

Sriari mengungkapkan bos di tempatnya bekerja sempat menolak permintaannya saat izin pulang ke Bali. Ia bersama dua rekan kerjanya lantas melapor ke Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Lebanon. Berkat bantuan KBRI, mereka akhirnya berhasil dievakuasi dan kembali ke Tanah Air.

——–

Artikel ini telah naik di detikBali.

(wsw/wsw)

Membagikan
Exit mobile version