Jumat, Desember 27


Jombang

Tongkat Kiai Hasyim Asyari dan ratusan koleksi tentang penyebaran Islam di Nusantara bisa traveler lihat di Museum Islam Indonesia KH Hasyim Asy’ari (Minha) Jombang.

Tongkat itu konon menjadi simbol restu sang guru untuk mendirikan Nahdlatul Ulama (NU) pada tahun 1926. Saat ini, baru beberapa memorabilia KH Hasyim Asy’ari yang dipajang di ruangan khusus di Minha.

Memorabilia itu antara lain tongkat kayu, kursi, centong nasi, serta kitab kuno. Di antara koleksi tersebut, tongkat Mbah Hasyim-lah yang paling menarik.


Koordinator Minha, Wicaksono Dwi Nugroho mengatakan, tongkat Mbah Hasyim yang dipajang saat ini hanya replikanya. Tongkat kayu jati itu berdimensi panjang 87 cm, diameter atas 2,5 cm, sedangkan diameter bawahnya 1,4 cm.

“Tongkat asli hanya diperlihatkan saat peresmian Minha oleh Presiden pada 2018. Setelah itu, tongkat diganti replika dengan alasan keamanan,” kata Wicaksono.

Menurut Wicaksono, kitab-kitab kuno koleksi Mbah Hasyim juga menarik. Koleksi tersebut dipinjam dari perpustakaan Ponpes Tebuireng, yakni pesantren yang didirikan Mbah Hasyim. Terdapat tulisan tangan Mbah Hasyim pada kitab tersebut.

“Ada catatan-catatan kecil yang ditulis Mbah Hasyim sendiri di dalam naskah. Kalau dikaji menarik karena menggambarkan pemikiran Mbah Hasyim saat itu,” terangnya.

Tongkat milik pendiri NU di MINHA. Foto: Enggran Eko Budianto/detikJatim

Saat ini, Minha mempunyai 317 koleksi tentang sejarah masuknya Islam ke nusantara dari abad 11 sampai 19 masehi, serta perkembangan Islam di Indonesia abad 20-21 masehi.

Ke depan, Wicaksono berencana menambah koleksi tentang ketokohan Mbah Hasyim dan cucunya, KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.

“Tahun ini kami berencana mencari koleksinya Mbah Hasyim dan Gus Dur. Rencana kami, karena museum ini juga melayani perziarah Makam Gus Dur, kami akan membuat ruang pamer sendiri menyajikan informasi ketokohan dari Mbah Hasyim hingga Gus Dur,” ujarnya.

Asisten Kurator Minha, Ari Setiawan menjelaskan, Mbah Hasyim mempunyai beberapa tongkat untuk aktivitas sehari-hari. Salah satunya tongkat pemberian guru Mbah Hasyim, Syaikhona Kholil dari Bangkalan, Madura.

Menurut cerita, lanjut Ari, gagasan mendirikan NU datang dari KH Wahab Chasbullah, pengasuh Ponpes Tambakberas, Jombang. Kiai Wabah menyampaikan ide tersebut kepada Mbah Hasyim yang kala itu menjadi rujukan para ulama di Jawa dan Madura.

Mbah Hasyim pun meminta petunjuk kepada Allah SWT. Petunjuk yang datang kepadanya kala itu berupa restu dari gurunya, Syaikhona Kholil.

Sang guru mengutus santrinya, KH As’ad Syamsul Arifin menyerahkan tongkat kepada Mbah Hasyim pada 1923. NU didirikan 3 tahun setelahnya, yakni pada 1926.

“Jadi, tongkat ini diberikan Syaikhona Kholil kepada Mbah Hasyim sebagai simbol restu pendirian NU,” jelasnya.

Minha juga memajang kitab kuno koleksi Mbah Hasyim. Menariknya, terdapat tulisan tangan Mbah Hasyim dalam Bahasa Arab pada sampul dalam kitab kuno ini.

“Mbah Hasyim menulis beliau beli seharga Rp 6 pada 20 Jumaditsaniyah 1343 hijriyah,” tandas Ari.

Jam Buka dan Lokasi MINHA

Bagi traveler yang tertarik berkunjung ke Minha, lokasinya masih satu kompleks dengan Wisata Religi Makam Gus Dur di Desa Cukir, Kecamatan Diwek, Jombang. Museum 3 lantai ini buka setiap hari pukul 09.00 WIB-14.30 WIB.

Koleksi di lantai 1 berupa kitab-kitab kuno para ulama nusantara, mahkota dan kipas berbahan emas, perhiasan, mata uang islam, prasasti, pakaian, rempah-rempah yang dijual saudagar Islam kala itu hingga porselin dan tembikar dari Banten.

Beragam koleksi tersebut dibagi berdasarkan area masuknya Islam ke Nusantara abad 11-19 masehi. Mulai dari Sumatera, Jawa, Bali, NTT, NTB, Maluku, Kalimantan, Sulawesi hingga Papua.

Sedangkan lantai 2 sejarah Islam dalam melawan kolonialisme, lantai 3 tentang Islam dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

——

Artikel ini telah naik di detikJatim.

Simak Video “PBNU Harap Keputusan Isbat Awal Ramadan Jatuh Pada 12 Maret
[Gambas:Video 20detik]
(wsw/wsw)

Membagikan
Exit mobile version