Rabu, November 6


Jakarta

Merek cokelat batangan To’ak tak hanya ingin dikenal sebagai produk mahal, tapi juga bernilai. Bagaimana tidak? Cokelat seharga Rp 7 jutaan per 50 gram ini dibuat dari kakao langka asal Ekuador.

Merek cokelat mahal di dunia saat ini cukup banyak. Mahalnya harga tersebut biasanya karena penggunaan bahan premium atau padu padan bahan istimewa seperti emas hingga alkohol sebagai isiannya.

Namun merek cokelat To’ak ingin tampil berbeda. Tak sekadar mahal, cokelat yang mereka produksi benar-benar bernilai karena dibuat dari bahan berkualitas dan langka yang membuat rasa cokelat unik dan istimewa.


Mengutip Oddity Central (29/3/2024), cokelat To’ak dibuat dari kakao yang tumbuh di lembah Piedra de Plata, Ekuador. Sumber kebunnya tak hanya 1, tapi 14 perkebunan kakao!

Cokelat batangan yang mereka produksi dijual USD 490 atau sekitar Rp 7,7 juta per 50 gram. Produsennya pun percaya diri menyebut cokelat mereka sebagai cokelat paling berharga di dunia.

Cokelat To’ak dijual USD 490 atau sekitar Rp 7,7 juta per 50 gram. Foto: Oddity Central

“Jika (pelabelan) itu terserah kami, maka kami akan memilih menyebut To’ak sebagai cokelat paling bernilai di dunia (alih-alih cokelat mahal),” kata Jerry Toth, pendiri To’ak.

Menurutnya harga mahal bukan tujuan mereka. “Harga hanyalah alat untuk mencapai tujuan. Pada akhirnya, apa yang sebenarnya kami coba lakukan adalah menciptakan sesuatu yang benar-benar unik dan indah bagi dunia, sesuatu yang lebih dari sekadar sebatang cokelat mahal dan masuk ke dalam dunia pengalaman,” ucapnya.

Produsen To’ak mengklaim mereka hanya menggunakan kakao Nacional terbaik, varietas kakao kuno yang diklasifikasikan sebagai punah pada tahun 2009.

Beruntung, orang-orang di belakang To’ak menemukan beberapa kebun kakao tertua di dunia yang ada di lembah Piedra de Plata, Ekuador. Beberapa di antaranya kemudian dikonfirmasi melalui analisis DNA sebagai 100% kakao Nacional.

Menurut Galavante, pihak To’ak berani bayar mahal untuk mendapatkan kakao terbaik. Lalu dalam proses pembuatannya tak main-main. Hanya biji kakao yang dipilih langsung dengan tangan yang akan menjadi bahan utama pembuatan cokelat.

Langkah ini dilakukan untuk memastikan hanya kakao terbaik lah yang akan masuk ke proses selanjutnya. Lalu cokelat melalui proses ‘aging’ yang terinspirasi dari pembuatan whisky dan cognac.

“Saat whisky disimpan dalam tong kayu ek, senyawa kimia tersebut akan diekstraksi dari kayu dan menariknya ke dalam whisky, yang memberikan rasa dan warna,” tulis pihak To’ak di blog-nya.

Selain pakai kakao langka, cokelat To’ak juga dibuat dengan proses aging istimewa. Foto: Oddity Central

Saat cokelat melalui proses aging dalam tong kayu, maka proses serupa terjadi. Cokelat jadi mempunyai aroma dan rasa unik dari kayu karena dalam kakao sendiri mengandung minyak yang bersifat menyerap unsur-unsur kayu.

To’ak telah bereksperimen dengan sejumlah teknik aging dengan memasukkan cokelat ke dalam berbagai jenis tong (bekas cognac, bekas whisky, dan lainnya).

Cokelat juga ada yang ditaruh dalam wadah kayu Ekuador untuk berbagai periode waktu, dari beberapa bulan sampai delapan tahun.

Tak hanya itu, perusahaan To’ak juga mencampur cokelatnya dengan senyawa aromatik seperti lada Kampot Kamboja, kayu Palo Santo di Ekuador, dan jeruk Galapagos. Mereka terus bereksperimen dengan cara-cara baru untuk meningkatkan cita rasa cokelatnya.

(adr/odi)

Membagikan
Exit mobile version