Jakarta –
Seorang profesor rela meninggalkan profesi akademisinya demi menjadi seorang petani jamur. Tak disangka, dalam sebulan penghasilannya capai miliaran!
Memiliki prestasi hingga berprofesi dalam ranah pendidikan bukan hal yang mudah untuk dicapai dan dilakukan. Perlu pengorbanan waktu yang panjang guna mendapat gelar hingga dianggap layak sebagai pengajar.
Apalagi ketika memutuskan untuk menjadi seorang profesor yang artinya harus siap mengabdikan diri untuk pendidikan. Tetapi ada juga beberapa orang yang justru nekat menanggalkan posisi akademiknya.
Profesi lain yang dapat dikatakan lebih sering dipandang sebelah mata justru dipilih menjadi jalan hidupnya yang baru. Seperti kisah Trupti Dhakate yang dilaporkan oleh The Better India (15/11) alih profesi dan meninggalkan jabatan profesornya.
Baca juga: Bikin Haru! Wanita Rela Jadi Pengantar Makanan Demi Hidupi Anaknya
Petani jamur ini sebelumnya seorang professor yang meninggalkan profesi akademisinya. Foto: The Better India
|
Trupti memiliki pandangan yang berbeda tentang jamur, baginya sayuran yang satu ini memiliki kandungan nutrisi yang sangat baik. Mulai dari protein, vitamin, dan mineralnya memiliki peran besar dalam menjaga kesehatan komunitas masyarakat di sekitarnya.
Setelah mulai membudidayakan jamur, Trupti sempat dikecam oleh keluarganya karena dianggap mengambil keputusan yang kurang tepat. Tak disangka walaupun hanya mengandalkan tempat dan ruangan yang sangat kecil, ia berhasil mengembangkan bisnisnya.
Lahan budidaya jamurnya tak lagi milik pribadi, sudah berubah menjadi sebuah perusahaan utuh dengan nama “Quality Mushroom Farm”. Pembiayaan utamanya berawal dari uang investasi suaminya sebesar 3 Lakhs Rupee atau setara dengan Rp 4,7 miliar.
“Beberapa tahun lalu, ibuku didiagnosa dengan kanker payudara. Kami membaca informasi bahwa jamur sangat baik untuk membantu pasien kanker payudara dan prostat. Jadi, ketika Trupti memutuskan untuk alih profesinya, itu benar-benar mengetuk hatiku,” ujar Bhushan Dhakate selaku suami dari Trupti.
|
Perjalanan panjang dilakukan oleh Trupti termasuk proses riset sejak 2018 sekaligus memberikan pendidikan kepada masyarakat sekitar tentang manfaat jamur, khususnya jamur tiram. Setelah baru berhasil bangkit, pada 2020 ia harus dipukul oleh kenyataan pandemi dan penerapan lockdown yang menurunkan kembali bisnisnya.
“Kami mengedukasi orang-orang tentang nilai nutrisi di dalam jamur dan memperbaiki miskonsepsi bahwa jamur adalah makanan non vegetarian. Aku bahkan mulai memasak jamur sebagai bahan utama. Kami mengirimkan ke pasar-pasar lokal, membuat kedai tester, dan membagikan sampel gratis. Semuanya berat, tetapi perlahan banyak orang yang mulai menerimanya,” jelas Trupti.
Hingga kini misi Trupti telah berkembang dengan pesat. Ia mencatat lebih dari 7.000 murid dan 200 petani memiliki minat yang tinggi untuk mengonsumsi jamur dan ikut membudidayakannya sebagai suatu komoditas baru yang bernilai.
Kerja kerasnya terbayar lunas setelah melihat pendapatan per bulannya mencapai Rp 6,3 miliar. Suaminya ikut bangga karena uang investasi bernominal besar yang digelontorkan tak hanya sukses mewujudkan mimpi istrinya tetapi juga mengembangkan banyak orang di sekitarnya.
(dfl/odi)