Selasa, Oktober 22

Jakarta

Lebih dari 600 juta serangan siber terjadi tiap harinya dan mengincar individu, perusahaan, ataupun pemerintahan. Pelakunya terbagi menjadi dua, yaitu murni kriminal dan negara.

Data ini berasal dari laporan Digital Defense Report 2024 dari Microsoft. Dalam laporan setebal 110 halaman ini juga disebutkan kalau para pelaku serangan siber kini semakin canggih, baik itu yang berasal dari negara maupun yang murni kriminal.

Mereka menggunakan teknologi kekinian seperti AI generatif untuk meningkatkan efektifitas serangannya. Hal ini membuat serangan siber semakin kompleks dan semakin sulit untuk ditanggulangi.


Namun ada temuan lain yang lebih mengkhawatirkan, yaitu meningkatnya kolaborasi antara sindikat dedemit maya dengan sindikat hacker yang dibekingi pemerintahan negara tertentu.

Kolaborasi ini menggabungkan bermacam teknik dan software yang dipakai untuk melakukan serangan, dan mengaburkan batasan antara serangan siber kriminal yang bertujuan mencari keuntungan finansial ataupun serangan siber dari pemerintahan negara tertentu, yang salah satunya bertujuan untuk mencuri informasi rahasia.

Sementara itu aktor serangan siber dari negara tertentu pun memperluas cakupan serangan sibernya. Mereka mulai merambah target-target militer untuk dicuri informasi rahasianya, demikian dikutip detikINET dari Techspot, Senin (21/10/2024).

Misalnya, Rusia yang disebut menggunakan jasa oursourcing untuk melakukan serangan sibernya. Mereka disebut menggunakan jasa sindikat hacker untuk melakukan aksinya, terutama yang mengincar Ukraina. Salah satu contohnya adalah aksi sindikat hacker yang meretas setidaknya 50 perangkat militer Ukraina menggunakan malware komoditas.

Sementara hacker dari Iran disebut punya pendekatan berbeda, yaitu menggabungkan serangan ransomware dengan operasi untuk mempengaruhi. Mereka mencuri data dari situs kencan Israel, dan menawarkan untuk menghapus profil-profil tertentu dengan sejumlah biaya yang harus dibayarkan.

Korea Utara juga muncul dalam laporan Microsoft itu, dan disebut sudah merambah arena ransomware. Hacker dari Korut disebut membuat ransomware khusus benama FakePenny yang mengincar perusahaan pesawat angkasa dan kontraktor militer.

Kemudian aktivitas serangan siber China menurut Microsoft terbilang konsisten selama beberapa tahun belakangan. yaitu berfokus di Taiwan dan negara-negara Asia Tenggara.

Microsoft menekankan pentingnya kolaborasi untuk menghadapi ancaman ini. Mereka ingin meningkatkan kerja sama antara publik dan perusahaan swasta untuk meningkatkan keamanan siber di berbagai tingkatan masyarakat.

(asj/asj)

Membagikan
Exit mobile version