London –
The London Tunnels menyimpan pedih dan luka pengeboman Perang Dunia II oleh Jerman terhadap Inggris. Terowongan itu akan jadi objek wisata terbesar Inggris.
Terowongan tersebut berada di bawah Holborn, pusat kota London, dengan panjang 1,6 km dan bagian atas setinggi bus tingkat. The London Tunnels digali dengan tangan pada akhir 1940, ketika pesawat Jerman mengebom kota itu hampir setiap hari dan malam. Tragedi itu dikenal dengan nama Blitsz.
Selama serangan bom, warga London menuju stasiun kereta bawah tanah untuk mencari tempat aman. Pada 1942, ketika terowongan yang dibangun khusus tersebut selesai, Blitz telah berakhir sehingga terowongan tersebut tidak pernah digunakan sebagai tempat berlindung.
“Ini nyata. Ini emosional,” kata Angus Murray, kepala eksekutif The London Tunnels, dikutip dari Reuters pada Senin (3/2/2024).
Murray, seorang mantan bankir investasi, berharap untuk mengubah terowongan tersebut menjadi tugu peringatan Blitz, yang menurutnya akan menjadi bagian dari museum, bagian dari pameran, dan bagian dari ruang hiburan.
Terowongan tersebut menjadi markas mata-mata pada tahun 1944, ketika penulis James Bond Ian Fleming bekerja di sana untuk intelijen angkatan laut. Lokasi tersebut diyakini telah menginspirasi Q Branch, tempat Bond pergi untuk mendapatkan peralatan khusus.
Tiga puluh meter ke bawah, benteng bawah tanah tersebut merupakan labirin dari generator tua, pipa, dan baut berkarat. Berkas-berkas kabel menjuntai dari dinding, yang dihiasi dengan tombol putar, sakelar, dan tuas.
Ada juga sisa-sisa bar staf dan kantin untuk 200 orang yang bekerja di terowongan tersebut pada tahun 1950-an dan 60-an ketika terowongan tersebut berfungsi sebagai pusat telepon.
Sejak tahun 1970-an, jaringan terowongan tersebut sebagian besar kosong. Murray memperkirakan pembangunan objek wisata itu akan menelan biaya sekitar USD 149 juta atau sekitar Rp 2,4 triliun. Rencana itu telah disepakati sejak tahun lalu.
Perusahaannya berharap ada lebih dari 3 juta orang per tahun yang akan mengunjungi tempat dengan tarif sekitar 30 pound (Rp 600 ribuan) itu.
Murray menyamakan dampak yang diharapkan pada pariwisata dengan bianglala London Eye, yang dibuka 25 tahun lalu dan menarik lebih dari 3 juta pengunjung setiap tahunnya.
Terowongan itu direncanakan dibuka untuk umum pada 2027 atau awal 2028. Dia menambahkan menambahkan bahwa terowongan itu dioperasikan oleh perusahaan hiburan yang paham mengelola atraksi pengunjung.
“Di London, jika ada satu hal yang berhasil, itu adalah pariwisata,” katanya.
(bnl/fem)